Pada tahun 2022, cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia menurun dari 69,7% menjadi 67,96%. Ketidakpatuhan ini berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan bayi. Diantara hambatan utama dalam pemberiannya adalah pekerjaan, di mana ibu bekerja sering mengalami keterbatasan karena masa cuti melahirkan yang lebih singkat dari durasi menyusui yang direkomendasikan, sehingga banyak yang beralih ke susu formula. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi status pekerjaan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Wedi, Klaten. Studi ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional analitik, menggunakan desain cross-sectional. Populasi penelitian terdiri dari ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan, dengan total 77 responden yang dipilih melalui teknik cluster random sampling. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14 responden (18,2%) merupakan ibu bekerja, sementara 63 responden (81,8%) tidak bekerja. Dari jumlah tersebut, 62 responden (80,5%) berhasil memberikan ASI eksklusif, sedangkan 15 responden (19,5%) tidak berhasil. Uji statistik menunjukkan nilai ρ value = 0,024 (ρ<0,05), yang menandakan adanya hubungan signifikan antara status pekerjaan dan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.