Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kabut Sebuah Imajinasi Penciptaan Film Alhadi Nelsa
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 5, No 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1741

Abstract

Intuisi dan imajinasi adalah sesuatu yang tidak bisa dirancang, kedatanganya secara tiba-tiba diterima oleh seorang seniman. Kabut sebagai objek  dirasa memiliki kencenderungan meyakini „sesuatu? adalah penyebab ataupun hakikat. Faktor intuitif pada konteks film dijadikan landasan ide. Proses ide berawal respon individu pada kabut, intuisi terkait sejalan dengan imajinasi. Kabut didefinisikan sebagai anggapan dasar yang mengarahkan individu dalam menentukan kerangka ontologis. Paradigma muncul sesudah terjadi anomali pada fenomena kabut. Kabut dilihat sebagai objek, memiliki kejanggalan. Kejanggalan pada fenomena kabut yang hilang menandakan bahwa sebenarnya kabut itu masih tetap ada. Hakikat dari pembuatan film yang tidak konvensial mendorong terciptanya metode tersendiri yang berbeda dengan metode umum penciptaan film. Intuisi  dan  imajinasi sebagai bahan utama lahirnya karya film “Kabut” melebur menjadi karya utuh yang sebelumnya terurai dari tahapan-tahapan. Subjektivitas pada menginventarisir ide penciptaan karya berdasarkan imajinasi dan intuisi mendorong individu untuk melakukan observasi atau pengamatan langsung objek yang berkaitan dengan perubahan kehidupan sosial saat setiap orang mempunyai handphone sebagai perpanjangan panca indera. Esensi dari film eksperimental mengacu pada individu mengolah gagasan dengan capaian tertentu. Ciri khas dari individu pada penciptaan dalam mengekspresikan dirinya melalui film “Kabut” mengacu pada pemakaian handphone.  Cara kerja eksperimental dihadirkan melalui handphone sebagai simbol-simbol pribadi.
Kabut Sebuah Imajinasi Penciptaan Film Alhadi Nelsa
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 5 No. 2 (2022): DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v5i2.1741

Abstract

Intuisi dan imajinasi adalah sesuatu yang tidak bisa dirancang, kedatanganya secara tiba-tiba diterima oleh seorang seniman. Kabut sebagai objek  dirasa memiliki kencenderungan meyakini „sesuatu? adalah penyebab ataupun hakikat. Faktor intuitif pada konteks film dijadikan landasan ide. Proses ide berawal respon individu pada kabut, intuisi terkait sejalan dengan imajinasi. Kabut didefinisikan sebagai anggapan dasar yang mengarahkan individu dalam menentukan kerangka ontologis. Paradigma muncul sesudah terjadi anomali pada fenomena kabut. Kabut dilihat sebagai objek, memiliki kejanggalan. Kejanggalan pada fenomena kabut yang hilang menandakan bahwa sebenarnya kabut itu masih tetap ada. Hakikat dari pembuatan film yang tidak konvensial mendorong terciptanya metode tersendiri yang berbeda dengan metode umum penciptaan film. Intuisi  dan  imajinasi sebagai bahan utama lahirnya karya film “Kabut” melebur menjadi karya utuh yang sebelumnya terurai dari tahapan-tahapan. Subjektivitas pada menginventarisir ide penciptaan karya berdasarkan imajinasi dan intuisi mendorong individu untuk melakukan observasi atau pengamatan langsung objek yang berkaitan dengan perubahan kehidupan sosial saat setiap orang mempunyai handphone sebagai perpanjangan panca indera. Esensi dari film eksperimental mengacu pada individu mengolah gagasan dengan capaian tertentu. Ciri khas dari individu pada penciptaan dalam mengekspresikan dirinya melalui film “Kabut” mengacu pada pemakaian handphone.  Cara kerja eksperimental dihadirkan melalui handphone sebagai simbol-simbol pribadi.
Analisis Simbol Thumb-Up: Pendekatan Semiotika Charles Sanders Peirce Pada Segmen ‘14’ Dalam Film Omnibus Seven Something Nelsa, Alhadi; P, Anintya Wanda
Artika Vol. 8 No. 2 (2024): November 2024
Publisher : Center for Research and Community Service, Institut Informatika Indonesia (IKADO) Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34148/artika.v8i2.1086

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap interpretasi individu terhadap simbol thumb-up dalam film 14 dari Omnibus Seven Something. Permasalahan utama adalah bagaimana simbol thumb-up muncul dalam elemen mise-en-scène film tersebut merepresentasikan keberadaanya dalam fenomena kecanduan media sosial di masyarakat modern terutama remaja. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa simbol thumb-up memiliki fungsi melampaui sekadar simbol; memvisualisasikan dinamika ketergantungan sosial terhadap validasi dari media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika kualitatif, dengan pendekatan triadik Charles Sanders Peirce, yang mencakup representamen, objek, dan interpretant. Data dikumpulkan melalui observasi mendalam terhadap cuplikan-cuplikan film yang menampilkan simbol thumb-up pada berbagai elemen, seperti miniatur patung, banner, dan casing handphone. Analisis mengklasifikasi simbol-simbol yang muncul dan menginterpretasikan pengaruh visualnya dalam narasi dan konteks sosial film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol thumb-up menjadi representasi eksistensi media sosial dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam memengaruhi hubungan dan emosi individu. Pemunculan simbol ini menyoroti kecenderungan masyarakat untuk mengejar validasi digital, yang sering berujung pada ketergantungan dan perubahan perilaku sosial. Penelitian diharapkan memiliki prospek dalam memperluas pemahaman tentang penggunaan simbol-simbol dalam media populer sebagai alat refleksi dan kritik sosial.
IMPLEMENTASI PRODUKSI BROADCAST PADA MENTORING PEMBUATAN VIDEO KREATIF SANTRI PONDOK PESANTREN BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR, PROGRAM SANTRI DIGITALPRENEUR INDONESIA 2024 Nelsa, Alhadi; Anugrafianto, Tegar Roli
Arunika: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2: Desember 2024
Publisher : Unit Publikasi dan Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Dharma Nusantara Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53654/ar.v3i2.522

Abstract

Kemampuan memproduksi konten video kreatif, menjadi kebutuhan esensial di era digital yang semakin berkembang. Aktivitas dakwah penyebaran informasi positif dituntut untuk menyesuaikan perkembangan era digital. Media video merupakan alat komuikasi efektif mendukung potensi santri di pondok pesantren. Namun, keterbatasan kurikulum di pondok pesantren masih menjadi tantangan dalam pengembangan kemampuan ini. Program pelatihan dan pendampingan Santri Digitalpreneur yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktorat Aplikasi, Permainan, Televisi, dan Radio, hadir untuk meningkatkan kemampuan santri dalam pembuatan video kreatif. Kegiatan berlangsung selama empat hari diselenggarakan di Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat, Balikpapan, dengan peserta yang dipilih melalui proses seleksi dari sepuluh pesantren di Balikpapan yang sudah memiliki kurikulum atau ekstrakurikuler terkait produksi video. Total lima puluh santri terlibat dalam pelatihan ini dibagi kelompok-kelompok dengan peran spesifik, dalam proses produksi video mulai dari pra-produksi, produksi, pasca-produksi, hingga rancangan publikasi. Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan keterampilan teknis dan kreativitas peserta. Video yang dihasilkan dirancang untuk dipublikasikan melalui akun media sosial resmi masing-masing pondok pesantren. Evaluasi akhir menunjukkan bahwa santri mampu memahami dan menerapkan proses produksi video secara sistematis, menghasilkan karya kreatif yang mendukung dakwah. Kegiatan ini menjadi langkah awal yang diharapkan dapat mendorong pondok pesantren untuk terus mengembangkan keterampilan digital santrinya, sehingga mampu berkontribusi positif dalam penyebaran dakwah melalui media video