Masalah Gizi kurang (wasted) merupakan suatu keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh konsumsi gizi yang tidak cukup. Gizi Kurang pada balita disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yang dapat mempengaruhi adalah adanya penyakit infeksi dan asupan makanan, sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi gizi kurang pada balita adalah ketahanan pangan di dalam keluarga, pola asuh, sanitasi lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan, umur anak, jenis kelamin anak, tempat tinggal, pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terkait gizi dan pola pemberian makan dengan gizi kurang pada balita usia 6-59 bulan di Desa Pakuan Aji Kabupaten Lampung Timur. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian adalah balita usia 6-59 bulan sebanyak 88 balita. Teknik yang digunakan dalam pemilihan subyek menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan pengukuran antropometri (berat badan dan Panjang/tinggi badan). Analisa data menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi gizi kurang di Desa Pakuan Aji sebanyak 70,5% dan frekuensi gizi baik 29,5%. Tingkat pengetahuan ibu yang kurang sebanyak 44,3% dan tingkat pengetahuan ibu yang baik sebanyak 18,2%. Pola Pemberian makan yang kurang sebanyak 43,2% dan pola pemberian makan yang baik sebanyak 23,9%. Hasil analisis terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terkait gizi p- value 0,000 (p <0,05) dan pola pemberian makan ibu p-value 0,002 (p <0,05) dengan gizi kurang di Desa Pakuan Aji Kabupaten Lampung Timur. Kontribusi penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa peningkatan pengetahuan ibu terkait gizi dan perbaikan pola pemberian makan dapat menjadi intervensi kunci dalam mengatasi masalah gizi kurang pada balita di Indonesia. Temuan ini relevan untuk mendukung kebijakan pemerintah dan program intervensi berbasis masyarakat, terutama di daerah pedesaan, dalam upaya menurunkan prevalensi gizi kurang secara nasional.