The Tempe Sabar Community is a volunteer-based social-environmental movement on an RT RW scale operating in Malang City. This community focuses on reducing waste by sorting the waste and depositing the waste 6 times, then selling it to collectors in Singosari, Malang Regency. The proceeds from the sale will be given to orphans and the poor. This movement is an application of the Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) program which has been widely supported and recommended by the government. The purpose of this writing is to identify the role of the community in sorting waste and analyse efforts to deal with environmental pollution in residential areas in the Malang area, especially the waste alms movement pioneered by TEMPE SABAR volunteers. This research will use qualitative research methods with data collection techniques using secondary data in the form of literature studies and also podcasting media data. The research results show that this community was formed because the community was concerned about the waste problem and the potential for the landfill to become overloaded. The strategy implemented is based on the awareness that one of the biggest sources of landfill waste is household waste, so the movement is focused on inviting residents to become volunteers for the movement at the RT RW area scale. As one of the movements that is being intensified by the government, the movement network owned by this community is strong because community leaders Lohk Mahfud, DPRD, Malang City Government, Environmental Service, and the Malang City Cooperative and Trade Office also support their movement. The conclusion was that the success of the Tempe Sabar Community in implementing environmental-social movement programs shows how the GRADASI method has potential effectiveness in reducing waste sent to landfills. With a moral and humanitarian approach, the people around the community succeeded in eliminating the perception that waste is a government problem. Abstrak Komunitas Tempe Sabar merupakan bagian dari komunitas yang merespons sampah perkotaan berbasis volunteer skala RT RW yang beroperasi di Kota Malang. Komunitas ini berfokus mengurangi sampah dengan cara memilah sampah dan menyetorkan sampah sebanyak 6 kali, lalu dijual pada pengepul di Singosari, Kabupaten Malang. Dana hasil penjualannya akan disedekahkan kepada yatim piatu dan fakir miskin. Gerakan tersebut merupakan pengaplikasian dari program Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) yang selama ini banyak didukung dan direkomendasikan oleh pemerintah. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi peran masyarakat dalam pemilahan sampah serta menganalisis upaya penanganan pencemaran lingkungan permukiman di daerah Malang, khususnya gerakan sedekah sampah yang dipelopori oleh relawan TEMPE SABAR. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder berupa studi literatur dan juga data media Podcasting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas ini terbentuk atas adanya keresahan masyarakat sendiri terhadap masalah sampah dan potensi TPA mengalami overload. Strategi yang diterapkan berdasar pada kesadaran bahwa salah satu sumber sampah terbesar TPA adalah sampah rumah tangga sehingga gerakan difokuskan untuk mengajak warga sebagai volunteer gerakan di skala wilayah RT RW. Sebagai salah satu Gerakan yang sedang digencarkan oleh pemerintah, jejaring Gerakan yang dimiliki komunitas ini termasuk kuat karena Tokoh masyarakat Lohk Mahfud, DPRD, Pemkot Malang, Dinas Lingkungan Hidup dan Diskopindag Kota Malang ikut mendukung gerakan mereka. Kesimpulan didapatkan bahwa Keberhasilan Komunitas Tempe Sabar dalam melaksanakan program gerakan lingkungan-sosial menunjukkan bagaimana metode GRADASI memiliki efektivitas yang cukup berpotensi untuk mengurangi kiriman sampah ke TPA. Dengan pendekatan secara moralitas dan kemanusiaan, masyarakat sekitar komunitas berhasil menghilangkan persepsi bahwa sampah merupakan persoalan pemerintah.