Perbankan syariah, termasuk Bank Syariah Indonesia (BSI), kini menawarkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan skema syariah. Dalam hal ini, BSI bertanggung jawab untuk menjaga dana KUR agar pembiayaan tidak macet. Fokus penelitian ini adalah Kantor Cabang Pembantu Imam Bonjol Lumajang dan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) digunakan oleh BSI untuk menilai kekuatan dan kelemahannya. Hasil studi menunjukkan bahwa kekuatan dan peluang BSI lebih besar daripada kelemahan dan ancaman. Strategi pemasaran tradisional dan online keduanya menggunakan kerangka 5C untuk menilai kelayakan konsumen untuk mendapatkan KUR. Salah satu masalah utama adalah masyarakat tidak memahami keuangan syariah, yang menghambat pemahaman tentang produk KUR.. Penelitian ini penting karena KUR merupakan program tahunan pemerintah yang memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian, terutama dalam mendukung UMKM. BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, terutama setelah mengalami serangan siber yang mempengaruhi sistem teknologinya. Keterlibatan akademisi dan mahasiswa dalam kegiatan kolaboratif berbasis PAR dapat menjadi solusi untuk meningkatkan literasi keuangan syariah. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi hambatan yang dihadapi BSI dan memperkuat posisi mereka dalam memberikan layanan keuangan kepada masyarakat. Penelitian ini memberikan wawasan berharga mengenai strategi pemasaran KUR Syariah dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah dalam konteks modern.