Pendidikan adalah kebutuhan esensial bagi manusia karena memungkinkan pembentukan karakter yang penting dalam peradaban. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah melalui pengembangan kemampuan literasi, yang sangat penting bagi siswa di abad 21, namun kemauan siswa Indonesia untuk belajar masih cukup rendah. Penurunan kemampuan literasi ini disebabkan oleh kurangnya kebiasaan belajar sejak kecil dan kurangnya fasilitas belajar. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dengan program pojok baca sebagai salah satu implementasinya. Pojok baca dapat digambarkan sebagai ruang belajar kecil di sekolah yang dilengkapi dengan buku-buku, berbagai koleksi bacaan, dan dekorasi menarik yang mendorong siswa untuk belajar. Penelitian ini dilakukan di UPTD SDN Gili Timur 1 Kamal dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas pojok baca dalam mengimplementasikan keterampilan membaca pemahaman siswa. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas enam dan guru wali kelas. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pojok baca memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan kebiasaan belajar siswa, terutama dengan belajar selama sepuluh menit sebelum kelas dimulai. Fasilitas baca yang menarik, seperti buku, poster, dan koleksi bacaan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dapat meningkatkan minat belajar mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa pojok baca memiliki potensi yang signifikan sebagai solusi strategis untuk mengatasi rendahnya minat baca siswa. Program ini tidak hanya meningkatkan literasi sekolah, tetapi juga membantu siswa mengembangkan pemahaman membaca dan meningkatkan standar pengajaran. Dengan perbaikan di bidang sarana, pengelolaan, dan pengawasan, pojok baca dapat dikembangkan secara lebih menyeluruh sebagai komponen dari upaya menciptakan budaya literasi yang layak di sekolah.