Apisari, Esti
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pola Komunikasi pada Tradisi Genduren di Dusun Talang, Kabupaten Magelang (Pendekatan Etnografi Komunikasi) Apisari, Esti; Nurhayati; Agus Subiyanto
Kawruh: Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol. 6 No. 2 (2024): Oktober 2024
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v6i2.5936

Abstract

Di beberapa wilayah di Indonesia terdapat beberapa tradisi yang berkaitan dengan hari besar Islam, misalnya Idulfitri. Salah satu wilayah yang masih menjaga tradisi tersebut adalah Desa Talang, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yaitu berupa genduren. Tradisi tersebut memiliki keunikan karena tidak ditemui di daerah lain. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan pola komunikasi pada genduren yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Talang dalam sudut pandang etnografi komunikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah elisitasi dan simak dengan teknik sadap dan rekam. Selain itu, metode wawancara langsung juga digunakan sebagai bagian dari triangulasi terhadap data yang sudah diperoleh. Proses klasifikasi data kemudian dijabarkan dengan teknik pilah unsur tertentu. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa ada pola komunikasi campuran pada tradisi genduren yang mengandung makna kultural dan filosofis. Ragam bahasa Jawa digunakan untuk berkomunikasi kepada sesama manusia, sedangkan ragam bahasa Arab digunakan untuk berkomunikasi antara makhuk kepada Tuhan. Bahasa Arab juga digunakan karena masyarakat merasa lebih afdal dalam berdoa. Makna khusus dari pelaksanaan genduren adalah penyempurnaan atas seluruh rangkaian ibadah selama bulan suci Ramadan serta Idulfitri sehingga masyarakat merasa “tersucikan” setelah melaksanakan tradisi tersebut. Dengan diri yang tersucikan masyarakat juga berharap doa yang dipanjatkan lebih mudah dikabulkan.
Tuturan di Wilayah Perbatasan:Studi Kasus di Daerah Leksono, Kabupaten Wonosobo Apisari, Esti; Suryadi, M.; Nurhayati
Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa Vol. 12 No. 2 (2024): Sutasoma: Jurnal Sastra Jawa
Publisher : Program Studi Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/8n00yk32

Abstract

Topography is one of the factors that influence language development in an area. Leksono is one of the areas located on the border of Wonosobo and Banjarnegara regency. The people of Wonosobo generally spoke Solo-Yogya dialect, while Banjarnegara people used Banyumas dialect. This fact caused the people of Leksono to encounter the two dialects. The stersebutation affected the speech of Leksono people. This research aims to describe the speech of Leksono people. This article belongs to descriptive qualitative. The method used was listening with note-taking technique. The data were utterances in the community itself. When there was a formal or informal event, the dialog in the community was recorded and transcribed. Based on the analysis, in the daily conversations and informal settings, the dominant speech was the ngoko variety of Banyumas dialect. However, the Solo-Yogya dialect ngoko variety was also acceptable. Unlike the ngoko variety, the krama variety that develops in Leksono was the Solo-Yogya dialect. This variety was used to speak to people who were respected. Meanwhile, in the fields of art and religion, the Solo-Yogya dialect was also dominantly used. In fact, the dialect is not only used in the krama variety. The ngoko variety also uses the Solo-Yogya dialect when the Leksono community makes art. This shows the hegemony of Solo-Yogya over the Leksono community.