This Author published in this journals
All Journal Media Bina Ilmiah
Nur Hidayatul Nihla
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PEMETAAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT BERDASARKAN INDIKATOR TERJADINYA BALITA STUNTING Sri Mumpuni Retnaningsih; Nur Hidayatul Nihla; Mike Prastuti
Media Bina Ilmiah Vol. 18 No. 6: Januari 2024
Publisher : LPSDI Bina Patria

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33758/mbi.v18i6.685

Abstract

Stunting adalah gangguan perkembangan fisik dan pola pikir anak karena kurangnya asupan gizi selama kehamilan sampai anak usia dua tahun, yang disebabkan oleh banyak indikator, dan berdampak serius pada perkembangan fisik, mental, emosional anak-anak serta prestasi belajar anak usia sekolah. Angka balita stunting di Provinsi Papua pada tahun 2021 masih tergolong tinggi, yaitu sebesar 29,5%, sedangkan di Papua Barat sebesar 26,2%, bahkan jika dibanding tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 0,1% dan 1,6%. Penyebab balita stunting diantaranya adalah penerapan kebijakan tanpa memperhatikan karakteristik indikator terjadinya balita stunting di setiap kabupaten/kota, oleh karena itu diperlukan analisis pemetaan kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat berdasarkan indikator terjadinya balita stunting dengan menggunakan analisis cluster hierarki pendekatan agglomeratif. Metode terbaik yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah complete linkage dengan 3 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari 25 kabupaten, dengan Indikator yang perlu diperhatikan adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sumber air minum layak, dan kehamilan pada usia dini. Kelompok 2 terdiri dari 8 kabupaten, indikator yang harus diperhatikan adalah imunisasi lengkap, penggunaan alat KB, akses layanan sanitasi layak, sumber air minum layak, dan penduduk miskin. Kelompok 3 terdiri dari 9 kabupaten, dimana hanya sumber air minum layak yang sangat baik tetapi indikator lainnya masih lebih buruk dibanding kelompok 1 dan 2, sehingga indikator terjadinya balita stunting pada kelompok 3 harus diperhatikan secara lebih khusus