Mosof (Modified Sorghum Flour) merupakan salah satu tepung yang berbahan dasar dari sorgum yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sorgum dengan fermentasi, dimana peran enzim mikroba mendominasi selama fermentasi berlangsung. Mosof memiliki potensi sebagai pengganti tepung terigu yang berbahan dasar dari gandum. Nilai impor gandum dan meslin Indonesia mencapai US$3,45 miliar dengan 11,17 juta ton pada tahun 2021. Gandum adalah sumber gluten yang dapat memicu penyakit Celiac Disease (CD). Gandum juga memiliki Indeks Glikemik (IG) dengan nilai IG 55 – 69 termasuk dalam kategori sedang. Salah satu usaha pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melakukan diversifikasi pangan sebagai alternatif bahan pangan yang akan mengurangi ketergantungan konsumsi gandum. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pengembangan dan pemanfaatan sorgum sebagai alternatif pengganti gandum. Sorgum memiliki indeks glikemik sebesar 43 – 46,8 yang tergolong dalam kategori rendah. Pabrik mosof direncanakan mulai beroperasi tahun 2025 dengan kapasitas produksi sebesar 100 ton/tahun. Lokasi pendirian pabrik direncanakan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Proses produksi mosof dapat diuraikan menjadi 7 tahapan proses yaitu persiapan bahan baku, pengolahan bahan baku, tahap fermentasi, tahap pemisahan, tahap pengeringan, tahap penghalusan, tahap pengayakan. Pabrik mosof dirancang sebagai perusahaan yang termasuk dalam skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pabrik mosof memiliki harga Capital Expenditure (CAPEX) sebesar Rp2.834.417.566 dan Operating Expenditure (OPEX) dengan estimasi hasil penjualan sebesar Rp7.103.212.331 per tahun. Estimasi umur pabrik ini adalah 10 tahun dengan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 23,89%, Pay Out Time (POT) 5 tahun 10 bulan, dan Break Even Point (BEP) sebesar 6,68%. Berdasarkan nilai CAPEX dan hasil penjualan, pabrik ini termasuk dalam kategori industri skala kecil.