Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Manajemen Fisioterapi dalam Meningkatkan Berat Badan Bayi 0-6 Bulan dengan Pemberian Massage pada Bayi Aulia Hafitza Qolbu; Shabana Zarra Azmi; Dini Nur Alpiah
Hikamatzu | Journal of Multidisciplinary Vol. 2 No. 1 (2025): Multidisciplinary Approach
Publisher : Hikamatzu | Journal of Multidisciplinary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  Perkembangan bayi pada usia 0 hingga 6 bulan adalah masa yang sangat penting dan kritis. Selain kebutuhan nutrisi yang memadai, bayi juga sangat memerlukan stimulasi untuk mencapai perkembangan yang optimal. Salah satu bentuk stimulasi yang dapat Anda berikan adalah pijat bayi, yang dapat membantu mendukung pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap penambahan berat badan. Indeks berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat mencerminkan status gizi anak, yang terkadang dipengaruhi oleh kondisi jangka pendek seperti penurunan nafsu makan akibat sakit atau diare. Dalam situasi ini, berat badan anak dapat menurun dengan cepat dan tidak lagi sebanding dengan tinggi badannya, sehingga anak berisiko mengalami kekurangan gizi. Menurut data, prevalensi bayi berat lahir rendah di tingkat nasional mencapai 7,4%, sementara prevalensi bayi berat lahir rendah secara parah adalah 6,2%. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah tinjauan literatur dengan pencarian melalui database seperti Google Scholar, Science Direct, dan Pubmed. Dari pencarian ini, ditemukan 7 jurnal yang memenuhi kriteria dan menyatakan bahwa pijat bayi efektif dalam meningkatkan berat badan. Penelitian pertama menggunakan teknik purposive sampling untuk pengambilan sampel, dan data dianalisis dengan menggunakan paired t-test dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek pijat bayi terhadap peningkatan berat badan, dengan nilai p (0,029) yang menunjukkan signifikansi. Selain itu, pada penelitian ke-6 diperoleh nilai P Value = 0,000, yang semakin memperkuat temuan ini.
PENGARUH MASSAGE PADA KASUSCEREBRAL PALSY Vally Priscillia Latuputty; Aulia Hafitza Qolbu; Dini Nur Alpiah
Hikamatzu | Journal of Multidisciplinary Vol. 2 No. 1 (2025): Multidisciplinary Approach
Publisher : Hikamatzu | Journal of Multidisciplinary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cerebral palsy merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada anak dan menyebabkan gangguan pergerakan. Anak-anak dengan cerebral palsy mengalami berbagai gejala, termasuk: Misalnya: refleks yang terlalu aktif, postur tubuh yang tidak normal, ketidakmampuan untuk berjalan dengan baik, dan menyipitkan mata. Pencarian literatur dilakukan menggunakan metode PICO di beberapa basis data termasuk Google Scholar, Scient Direct, dan Pubmed. Lima jurnal memenuhi kriteria, yang menunjukkan bahwa pijat diberikan selama 15 menit, tiga kali seminggu selama periode empat minggu. Dapat disimpulkan bahwa pijat sangat efektif dalam meringankan gejala cerebral palsy pada anak kecil. Cerebral palsy dapat menyebabkan gangguan pada postur, kontrol motorik, dan kekuatan otot, dan biasanya disertai dengan defisit neurologis seperti kelumpuhan, spastisitas, kerusakan pada ganglia basal atau otak kecil, dan gangguan mental. Teknik pijat dan Halliwick ditawarkan untuk perawatan cerebral palsy spastik. Acara ini akan diadakan enam kali selama tiga minggu. Fisioterapi untuk diplegia spastik dan cerebral palsy (pijat dan teknik Halliwick enam kali sehari selama tiga minggu) memungkinkan kami menyesuaikan perawatan dengan masalah pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pijat gesekan lateral dalam terhadap spastisitas. untuk anak dengan cerebral palsy. Kesimpulan:Terapi pijat dan Teknik Halliwick dapat dilakukan secara konsisten dan setiap hari. Studi tersebut mencatat peningkatan LGS, pengurangan spastisitas, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan kemampuan fungsional. Pasien dianjurkan untuk terus berlatih berdiri, dengan atau tanpa dukungan. Pasien juga didorong untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti pergi ke toilet dan berdandan