Mariyanti, Sulis
Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No.9 Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN BURNOUT PADA PENGAJAR TAMAN KANAK-KANAK SEKOLAH “X” DI JAKARTA Hartawati, Dewi; Mariyanti, Sulis
Jurnal Psikologi Vol 12, No 02 (2014): Jurnal Psikologi
Publisher : Jurnal Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractTeacher needs to have a self-efficacy as the main factor which can help them to perform well when they have to face the demand as a teacher. Teachers who have lack of Self-efficacy in doing their job as a teacher tend to have stress and get burnout. Therefore, there is a correlation between Self-efficacy and Burnout. This research is a quantitative, with statistical techniques correlations. The sample in this study involved 40 of The “X” Preschool Teacher in Jakarta. Sample was taken by census method. The instrument used are self-efficacy and burnout scale with reliability coefficient (α) 0,965 for Burnout variable with 45 valid items and (α) 0,978 for Self-efficacy variable with 58 valid items.The results showed the strong correlation coefficient of -0,691 with sig. 0,000 (p < 0.01), which means that there is a negative strong significant correlation between Self-efficacy with Burnout on The “X” Preschool teacher, belonging to the categorisation is moderately, where Self-efficacy is high and the level of Burnout on the “X” Preschool teacher belonging to the categorisation is moderately, where Burnout is low. Burnout analysis with age, marital status, education and job using cross-tabulation (p>0,005) showed there is no correlation between age, marital satus, education and job with Burnout.Keywords: teacher, self-efficacy, burnout AbstrakFaktor yang perlu dimiliki oleh seorang pengajar diantaranya adalah Self-efficacy yang dapat membantu pengajar menghadapi kendala dalam menjalani tuntutan tugasnya. Ketidakyakinan pengajar akan kemampuan dirinya dalam menghadapi tuntutan tugasnya dapat menimbulkan stres dan menyebabkan Burnout. Penelitian ini bersifat kuantitatif korelasioal non-eksperimental. Sampel penelitian berjumlah 40 pengajar TK sekolah “X” di Jakarta.  Teknik sampling yang digunakan ada-lah sampel jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Burnout dan kuesioner Self-efficacy. Masing-masing kuesioner memiliki tingkat reliabilitas (α) 0,965 untuk variabel Burnout dengan 45 item valid dan (α) 0,978 untuk variabel Self-efficacy dengan 58 item valid. Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi kuat sebesar -0,691 dengan sig. 0,000 (p < 0,01), artinya ada hubungan negatif kuat signifikan antara Self-efficacy dengan Burnout pada pengajar TK sekolah “X”. Pengajar TK sekolah “X” memiliki Self-efficacy tinggi lebih banyak dibandingkan yang memiliki Self-efficacy rendah. Burnout pada pengajar TK sekolah “X” lebih banyak memiliki Burnout rendah dibandingkan Burnout tinggi. Berdasarkan analisis hubungan Burnout dengan data penunjang yang menggunakan tabulasi silang (p > 0,005) menunjukkan tidak terdapat hubungan antara Burnout dengan usia, status, pendidikan dan jabatan pada pengajar TK sekolah “X” di Jakarta.Kata kunci: pengajar, self-efficacy, burnout
Keberfungsian Keluarga Dan Aspek-Aspek Yang Berkontribusi Terhadap Perilaku Kecanduan Smartphone Remaja di Jakarta Sulis Mariyanti; Lita Patricia Lunanta; Aziz Luthfi
Journal of Psychology "Humanlight" Vol. 2 No. 1 (2021): Juni
Publisher : Psikologi Kristen IAKN MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/jph.v2i1.556

Abstract

Salah satu pengguna aktif smartphone terbanyak di Indonesia adalah kalangan remaja. Pada masa remaja, mereka memiliki kebutuhan yang untuk memperoleh support, afeksi dan komunikasi yang hangat dengan anggota keluarganya. Namun demikian, beberapa remaja mengalami hambatan untuk mengekspresikan masalahnya karena merasa berjarak dengan anggota keluarganya. Remaja lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan psikologis, emosional dan sosial dengan mengakses media sosial melalui smartphone dengan tujuan memperoleh kenyamanan, ketenangan dan kesenangan hingga menimbulkan kecanduan. Tujuan penelitian ini adalah terciptanya model konseptual yaitu model keberfungsian keluarga dan aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kecanduan smartphone pada remaja Jakarta. Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif-kausal komparatif dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan teori Family Assesment Device (FAD) dari Epstein, Baldwin & Bishep (1983) dengan 52 item valid dan nilai reliabilitas (α) = 0,950. Sedangkan alat ukur kecanduan smartphone menggunakan teori Smartphone Addiction Scale (SAS) dari Kwon, et.al (2013) dengan 27 item valid denga nilai reliabiltas (α) = 0,908. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negative yang signifikan Keberfungsian Keluarga Terhadap Kecanduan Smartphone Remaja di Jakarta dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,035 (p < 0,05). Keberfungsian Keluarga memiliki kontribusi sebesar 5,1% terhadap munculnya Kecanduan Smartphone. Kecanduan smartphone yang dialami remaja Jakarta lebih banyak dalam bentuk daily-life disturbances. Selain ini, dari data menunjukkan bahwa (61,3%) remaja mengaku bahwa ibu merupakan figur yang dipilih sebagai tempat berkeluh kesah dan mayoritas (70,8%) menyatakan menggunakan smartphone di saat perasaan bosan melanda.