Perbedaan harga jual kopi robusta di tingkat petani di Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang disebabkan oleh saluran pemasaran yang tidak efisien dan tingginya biaya pemasaran. Petani berharap mendapatkan farmer’s share yang lebih besar, namun realisasinya lebih rendah akibat besarnya biaya pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran, harga jual dan biaya pemasaran, serta menganalisis efisiensi pemasaran kopi robusta di Kelompok Tani Manunggal VI. Sampel diambil menggunakan purposive sampling untuk 25 petani dan snowball sampling untuk delapan lembaga pemasaran. Data diperoleh melalui survei dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan saluran pemasaran, harga, dan biaya pemasaran. Efisiensi pemasaran dianalisis menggunakan farmer’s share, margin pemasaran, rasio keuntungan atas biaya pemasaran, dan indeks efisiensi pemasaran metode Shepherd. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat saluran pemasaran kopi robusta dari petani ke konsumen akhir. Harga kopi robusta di tingkat petani berkisar antara Rp37.250/kg hingga Rp50.333/kg, sedangkan di tingkat konsumen akhir mencapai Rp160.000/kg hingga Rp165.000/kg. Total biaya pemasaran mencapai 36,94% hingga 43,96%. Efisiensi pemasaran ditunjukkan oleh farmer's share yang rendah, yaitu berkisar antara 23,28% hingga 30,50%, sementara margin pemasaran mencapai 69,50% hingga 76,72%. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran berkisar dari 0,71 hingga 1,01, dan indeks efisiensi pemasaran metode Shepherd berada di rentang 1,27 hingga 1,71. Saluran pemasaran paling efisien adalah saluran I, karena keduanya memenuhi ≥ 2 indikator efisiensi. Petani dapat memilih untuk menggunakan saluran pemasaran I guna mendapatkan keuntungan yang sepadan dari tingkat petani hingga konsumen akhir.