Latar belakang: Stunting pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurangnya pola pengasuhan yang baik, penggunaan air yang tidak higienis, lingkungan yang kurang mendukung kesehatan, keterbatasan akses terhadap sumber pangan dan kondisi kemiskinan. Secara spesifik, risiko stunting dapat dimulai sejak masa kehamilan. Status gizi ibu sebelum maupun selama hamil memengaruhi perkembangan janin. Kekurangan gizi pada ibu hamil meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah yang merupakan salah satu faktor utama penyebab stunting. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Desa Pegadingan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian terdiri dari 400 balita dengan sampel sebanyak 80 responden yang diperoleh melalui teknik Accidental Sampling. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara berat lahir dan kejadian stunting dengan nilai p sebesar 0,08 (p 0,05). Namun, terdapat hubungan signifikan antara frekuensi kunjungan ANC dengan kejadian stunting dengan nilai p 0,05 yaitu 0,02. Analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan ANC yang tidak lengkap memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting. Nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3,18 mengindikasikan bahwa responden dengan frekuensi kunjungan ANC yang tidak lengkap memiliki peluang 3,18 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan responden yang kunjungan ANC-nya lengkap. Simpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara berat lahir dengan kejadian stunting namun terdapat hubungan signifikan antara frekuensi kunjungan ANC dengan kejadian stunting.