Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan mahasiswa/i terkait prasangka dan rasisme terhadap mahasiswa/i Teologi yang tinggal di asrama, dimana prasangka dan rasisme merupakan sikap maupun tindakan diskriminasi terhadap orang yang berbeda karena identitas etnis ataupun warna kulitnya. Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menganalisis permasalahan yang terjadi. Proses analisis melibatkan 36 mahasiswa/i yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari tiga variabel. Data tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama pada pengalaman negatif, mayoritas responden tidak setuju terhadap prasangka dan rasisme, meskipun beberapa mengaku masih memiliki prasangka buruk, mengalami dan melakukan tindakan rasis. Kedua, pengalaman positif menunjukkan mayoritas memiliki kemampuan mendengarkan dan merasakan kebebasan berpendapat, meski ada yang menganggap asrama kurang nyaman untuk ditempati. Ketiga, pengalaman transformatif menghasilkan persentase dominan terkait kerja sama dan kemampuan mengelola konflik, tetapi masih ada kecenderungan membentuk kelompok berdasarkan etnis. Dengan demikian, dalam kehidupan berasrama, mahasiswa/i dapat berperan aktif dalam membangun interaksi dan kerja sama dengan orang lain, tanpa harus terikat dengan identitas etnis tertentu. Selain itu, pembina dan mentor di asrama juga perlu strategis yang tepat guna mendukung praksis nilai-nilai multikultural berbasis transformatif dan aksi sosial di lingkungan asrama.