Dalam Penelitian ini untuk melakukan evaluasi efisiensi operasional pada bank BCA Syariah dan Bank Muamalat Indoneisa berapa persenkah tingkat efesiensi pada masing masing bank tersebut pada rasio ROA, ROE, NOM dan BOPO. Metodologi penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif Pendekatan ini berfokus pada pengukuran yang objektif, hubungan antar variabel, serta pengujian hipotesis dengan tujuan menggeneralisasi temuan pada populasi yang lebih luas. Data yang diambil berupa data laporan Rasio keuangan dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2023 pada bank BCA Syariah dan Bank Muamalat Indoneisa. Hasil pembahasan ROA BCA relatif stabil dan cenderung lebih tinggi, antara 0,87% hingga 1,59%, menunjukkan performa aset yang lebih baik dibandingkan BMI. Pada 2022, ROA BCA meningkat dari 0,91% di kuartal pertama menjadi 1,20% di kuartal ketiga dan 1,33% di kuartal keempat. ROE BCA jauh lebih tinggi, berkisar antara 2,3% hingga 5,34% sepanjang periode tersebut, menunjukkan pengembalian yang lebih baik untuk pemegang saham. NOM BCA jauh lebih tinggi dibandingkan BMI, menunjukkan margin keuntungan yang lebih baik. NOM BCA mengalami fluktuasi, tetapi tetap pada tingkat yang jauh lebih sehat dibandingkan BMI. BOPO BCA berada pada tingkat yang lebih rendah, umumnya di bawah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa BCA lebih efisien dalam mengelola biaya operasionalnya dibandingkan BMI. Secara keseluruhan, BMI menunjukkan tingkat efisiensi yang rendah berdasarkan keempat rasio ini, dengan BOPO yang tinggi, ROA dan ROE yang rendah, serta NOM yang kecil. Sebaliknya, BCA memiliki rasio efisiensi yang lebih baik, ditandai dengan BOPO yang lebih rendah dan rasio profitabilitas yang lebih tinggi (ROA, ROE, dan NOM).