Penelitian ini membahas proses pembentukan opini publik terhadap isu Palestina-Israel di media sosial dengan membandingkan narasi yang berkembang di dua platform: Instagram dan X (Twitter). Dengan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme, penelitian ini menemukan bahwa Instagram cenderung membentuk opini publik melalui konten visual yang emosional dan menggugah simpati, sedangkan X (Twitter) lebih mendorong pembentukan opini melalui diskusi berbasis data dan argumen kritis. Selain itu, fenomena spiral of silence juga ditemukan sebagai faktor penghambat keberanian pengguna dalam menyuarakan opini yang berbeda dari pandangan dominan, karena adanya ketakutan terhadap isolasi sosial, cancel culture, dan stigmatisasi digital. Hasil studi ini menunjukkan bahwa karakteristik media sosial mempengaruhi pola komunikasi publik dan dinamika keberanian berbicara terhadap isu-isu sensitif.