Kasus burnout yang ditemukan pada 37,5% petugas kesehatan.Prevalensi burnout pada perawat 33,5%,. Prevalensi burnout padatenaga kesehatan paling banyak terjadi di Pulau Jawa (38,4%) dantenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit (28,6%). Berdasarkandimensi burnout, 48,2% petugas kesehatan mengalami kelelahanemosional sedang hingga tinggi, 51,8% depersonalisasi sedanghingga tinggi, dan pencapaian pribadi tinggi 96,9%. Faktor burnoutmeliputi beban kerja, lack of control, penghargaan, breakdown incommunity, treated fairly, dan stress kerja. Tujuan penelitianmengetahui hubungan beban kerja dan penghargaan terhadapburnout perawat di ruang instalasi bedah sentral dan ruang rawatinap bedah di RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro ProvinsiLampung Tahun 2024. Jenis penelitian kuantitatif, metode analitikdengan pendekatan cross sectiona. Jumlah sample yaitu 39responden. Menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory,kuesioner beban kerja, kuesioner penghargaan. Waktu penelitianfebruari 2024. Uji univariat didapatkan 21 responden (53,8%)mengalami burnout berat, 17 responden (43,6%) mempunyai bebankerja besar, 27 responden (69,2%) memiliki penghargaan rendah,dan uji statistik menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian inimenunjukkan adanya hubungan beban kerja terhadap burnoutperawat dengan nilai (p-value sebesar 0,007 (α < 0,05) dengan OR8.500 dan pengharagaan terhadap burnout perawat dengan nilai (p-value = 0,001< α (0,05) dengan OR 31.429. Saran kepada rumahsakit untuk memberi perhatian terhadap beban kerja dan jugapenghargaan perawat. Beban kerja perlu dikelola dengan baik agartidak berlebihan dan tidak memberi tekanan kepada perawat.Penghargaan perlu diberikan secara wajar proporsional kepadaperawat atas kinerja mereka. Demikian diharapkan tingkat burnoutpada perawat dapat diminimalisir.