Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbedaan Karakteristik Makiyah dan Madaniah dalam Perspektif Komunikasi antarbudaya Hasbi, Ulya Hilalatul; Yusuf, Swandi; Sa'i, Muhammad; Habiburrahman, Muhammad
Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan Vol 10 No 4 (2024): Desember
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/jhm.v10i4.27101

Abstract

This research examines the role of intercultural communication in understanding the context of Qur'anic revelation in the Makkah and Madinah periods. The aim is to analyze the differences in the characteristics of Makiyah and Madaniah verses and the influence of the socio-cultural context on communication patterns and the delivery of revelation. This research uses a literature study research design with a qualitative approach. The research data is in the form of secondary data obtained through data collection techniques using documentation studies from various sources such as tafsir books, Qur'anic literature, and intercultural communication theories. Data analysis was conducted using content analysis and hermeneutic interpretation techniques. The results showed that communication in the Makkah period used a strong and brief language style according to the context of Arab society, while the Medina period was more detailed and explicit. Differences in the socio-cultural context influenced communication strategies, where Makkah focused on strengthening the faith, while Medina on the formation of social systems. Communication channels evolved from oral dominance in Makkah to a combination of oral and written in Medina. This research proves that intercultural communication theory can be used as an analytical framework to understand the dynamics of Qur'anic revelation. This understanding is important for developing contemporary da'wah methods that are adaptive to cultural diversity.
Tradisi Pandiq Penganten Dalam Kaca Mata ‘Urf (Studi Kasus Dusun Lonserang Desa Langko Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat) Yusuf, Swandi; Saprudin, Saprudin
UNES Law Review Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i2.1458

Abstract

Pernikahan dalam agama Islam memiliki tujuan menjadikan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Hal tersebut dapat dilihat dalam al-qur’an. Sedangkan bila melihat pada Kompilasi Hukum Islam (KHI), pernikahan bertujuan unutuk membentuk keluarga yang langgeng dan bahagia berdasarkan ketentuan tuhan yang maha esa. Pernikahan selain harus memenuhi rangakain secara agama, dibeberapa tempat didalam melangsungkan pernikahan haryslah juga memenuhi tradisi yang ada salah satunya adalah tradisi pandiq penganten yang ada di Dusun Lonserang Desa Langko Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Namun tidak semua tradisi yang ada sepenuhnya sejalan dengan syari’at Islam. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tradisi pandiq penganten menggunakan kacamata ‘urf. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskrptif. Dalam memperoleh data yang akurat peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang sudah didapat kemudian dianalisi menggunakan Teknik analisis data dengan Langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Untuk mengetahui keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwasanya didalam teradisi pandiq penganten terdapat prosesi yang tidak sesia dengan syari’at Islam anatara lain: 1) pelaksanaan didepan umum. Hal ini tentunya bertentangan dengan ayat al-Qur’an suarah Al-Ahzab ayat 59. Oleh karena itu prosesi pandiq penganten yang kadang dilaksanakan oleh mempelai Perempuan tanpa menggunakan jilbab menjadikan hal tersebut bertentangan dengansyari’at islam. 2) menyisir bagian-bagian terentu dengan keyakinan menghapus dosa. Hal ini tentu bertentangan dengan ajaran Islam yang dimana dalam penghapusan dosa haruslah dengan Langkah taubat kepada Allah swt. 3) teriakan dalam prosesi dengan keyakinan agar anak tidak tuli saat lahir. Tentu hal ini adalah sebuah keyakinan keliru karena segala sesuatu adalah kekuasaan Allah swt. 4) memecahkan telur bersama. Hal tersebut merupakan perbuatan mubazzir dan Allah menyebut orang-orang yang berbuat demikian adalah saudaranya syaithan.