Makalah ini membahas fenomena umum di kalangan orang Kristen, khususnya di kalangan komunitas Pentakosta, di mana terdapat kecenderungan untuk lebih fokus pada mengalami Allah dalam peristiwa adikodrati dan supranatural. Dampaknya, kesadaran akan kehadiran Allah dalam peristiwa-peristiwa sehari-hari yang sederhana sering terabaikan. Dalam menanggapi permasalahan ini, spiritualitas sehari-hari sebenarnya telah memberikan solusi yang baik, sebab ia menekankan bahwa Allah sekaligus dapat dialami dalam peristiwa sederhana dari hari ke hari, melalui upaya pemaknaan dan penghayatan. Namun, penulis merasa perlu menyertakan perspektif Pneumatologi Pentakosta untuk lebih menegaskan, khususnya dalam konteks tulisan ini kepada orang-orang Pentakostal, bahwa Allah dapat dialami dalam peristiwa sederhana dari hari ke hari. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan pendekatan studi kepustakaan. Konsep spiritualitas sehari-hari akan dieksplorasi dan dikompatibelkan dengan Pneumatologi Pentakosta, terutama di pusaran Kisah Para Rasul pasal 2. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya nilai-nilai kompatibilitas di antara spiritualitas sehari-hari dan Pneumatologi Pentakosta, seperti menekankan ketekunan dalam menapaki kehidupan, menolak dualisme atau pemikiran biner, serta mampu dan dapat mengalami Allah dalam segala sesuatu. Dengan demikian, keselarasan di antara keduanya menegaskan bahwa pengalaman rohani tidak terbatas pada peristiwa-peristiwa “tidak biasa”, namun juga terdapat dalam kehidupan sehari-hari yang “biasa”.