Tingginya mobilitas dapat berdampak pada kepadatan arus lalu-lintas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan mendirikan infrastruktur pejalan kaki seperti trotoar sebagai jalur pejalan kaki dan jembatan penyeberangan orang atau JPO atau sky bridge. Apabila diamati fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk pejalan kaki tersebut masih kurang diminati oleh masyarakat. Kondisi tersebut terjadi juga di kawasan Stasiun Solo Balapan. Pengunaan fasilitas pejalan kaki seperti jalur pedestrian dan sky bridge sepi peminat. Tujuan dari penulisan untuk mengetahui letak titik posisi yang berpotensi dalam penempatan sky bridge guna memperkuat interaksi sosial di lingkungan Kawasan Stasiun Solo Balapan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang bersifat eksperimental. Penempatan sky bridge ini dianalisis menggunakan analisis space syntax dengan menggunakan program DepthmapX. Program ini akan menghasilkan dari 3 poin berupa Connectivity, Integration, dan Intelligibility, sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian adalah, 1] Connectivity, terdapat variasi nilai connectivity di kawasan Stasiun Solo Balapan, dengan nilai minimum sebesar 3, nilai maksimum sebesar 167, dan rata-rata sebesar 40.4627. Jalan Gadjah Mada memiliki tingkat keterhubungan paling signifikan dengan jalan sekitarnya; 2] Integration, menunjukkan Jalan Gajah Mada Mongonsidi mendapatkan nilai tertinggi sebesar 2.37888, menandakan potensi destinasi tertinggi dan cocok untuk penempatan sky bridge; 3] Intelligibility, memiliki nilai yang rendah (0.336793), mengindikasikan bahwa struktur ruang secara keseluruhan sulit dipahami hanya dari pemahaman sebagian ruang.