<![CDATA[Ketertarikan peseta didik terhadap sastra pada fase D mengalami rintangan dalam menjaga minat mereka. Walaupun Kurikulum Merdeka diciptakan untuk mengadaptasi proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang, pelaksanaannya seringkali tidak memenuhi ekspektasi. Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif untuk mengkaji pola dan hambatan dalam meningkatkan penghargaan terhadap sastra di tingkat sekolah menengah fase D. Analisis mengungkapkan bahwa masalah utama meliputi kurangnya sumber daya, metode pengajaran yang tidak sesuai dengan realitas kehidupan peseta didik, serta program yang tidak diperbarui sesuai dengan kemajuan terkini. Para peseta didik sering kali menunjukkan kurangnya minat pada teks sastra, disebabkan oleh tema yang dianggap tidak menarik serta minimnya pendekatan kontekstual yang mengaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari mereka. Penelitian memperlihatkan bahwasanya kemampuan guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dengan cara yang memotivasi dan adaptif merupakan hambatan utama, yang menyebabkan pembelajaran sastra terkadang menjadi monoton. Kurangnya pemahaman yang komprehensif mengenai kurikulum memperparah keadaan ini. Temuan penelitian menekankan betapa krusialnya melakukan evaluasi, peningkatan program pelatihan bagi guru, serta penyesuaian yang diperlukan untuk menciptakan keseimbangan dengan kebutuhan peseta didik. Kolaborasi antara guru, lembaga pendidikan, dan orang tua sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Melalui metode yang sesuai dan dengan adanya bantuan dari penulis serta lembaga budaya, diharapkan pendidikan sastra akan menjadi lebih berarti, mampu menarik perhatian peseta didik, serta mendorong pemahaman yang lebih dalam terhadap karya-karya sastra.]]>
