Di wilayah perkotaan dengan kepadatan tinggi seperti Jakarta dan sekitarnya, proses urbanisasi dan pertumbuhan industri yang pesat telah menyebabkan pengambilan air tanah secara berlebihan serta penurunan kualitasnya. Berbagai polutan seperti nitrat, hidrokarbon dari minyak bumi, mikroba, dan bahan kimia beracun kini mengancam akuifer dan persediaan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian spasial terhadap tingkat kerentanan intrinsik air tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta dengan menggunakan model DRASTIC dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis dilakukan berdasarkan tujuh parameter utama hidrogeologi, yaitu kedalaman muka air tanah (D), imbuhan air (R), jenis akuifer (A), jenis tanah (S), topografi kemiringan lereng (T), pengaruh zona tak jenuh (I), dan konduktivitas hidraulik (C). Hasil analisis menghasilkan peta kerentanan yang mengelompokkan wilayah studi ke dalam empat kategori, yakni sangat rendah (0-2), rendah (3-5), sedang (6-8), dan tinggi (9-10). Wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi berada di bagian utara Jakarta seperti Kabupaten Tangerang, Jakarta Utara, dan sebagian Kota Bekasi, yang ditandai oleh kedalaman air tanah yang dangkal (hingga 0,15 meter) dan tingkat imbuhan air tanah yang tinggi (hingga 2.000 mm/tahun). Sementara itu, wilayah dengan tingkat kerentanan rendah terletak di Jakarta pusat dan di bagian selatan Jakarta seperti Jakarta Selatan, Depok, dan Tangerang Selatan, yang memiliki kedalaman air tanah lebih dari 30-meter serta tanah dengan porositas rendah. Temuan ini memberi gambaran akan perlunya pengelolaan air tanah yang baik, terutama di wilayah dengan laju urbanisasi yang tinggi. Studi ini diharapkan dapat menjadi dasar mitigasi kerentanan pencemaran di wilayah berisiko tinggi, khususnya untuk perencanaan tata ruang kota