Kawasan Kalimantan Timur mengalami musim kemarau panjang yang merangsang terjadinya kebakaran hutan yang luas pada 1982-1983 dan 1997-1998.Naskah ini mengemukakan hasil penelitian di Bukit Bangkirai, Kalimantan Tengah mengenai dampak dari kemarau panjang dan kebakaran hutan 1997-1998 terhadap diversitas tumbuhan pohon hutan dipterokarp campuran.Penelitian dilakukan dengan cara memperbandinkan hasil pencacahan tumbuhan pohon berlingkar batang setinggi dada lebih daripada 15cm yang terdapat dalam tiga petak penelitian, masing-masing: lha di hutan alam yang tidak terbakar (K-plot), 0,3 ha di hutan yang terbakar ringan (LD) dan lha di hutan yang terbakar berat (HD).Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim kemarau panjang 1997-1998 menyebabkan 12,02% mortalitas individual pohon di hutan alam yang tidak terbakar, yang terlihat dari pohon mati berdiri tegak akibat kekeringan, atau kehilangan 21,67% dari total basal area. Secara keseluruhan terlihat bahwa kebakaran hutan menyebabkan kerusakan berat terhadap struktur dan komposisi hutan. Secara kumulatif, kemarau panjang dan kebakaran hutan menyebabkan mortalitas individual pohon berkisar 36-70% dan kehilangan total basal area antara 45-85% dan menyebabkan lantai hutan terbuka terhadap penyinaran matahari langsung karena menurunnya penutupan tajuk sebesar 23-79%.Kebakaran hutan juga berdampak terhadap penurunan biodiversitas tumbuhan pohon sebesar 23-79% pada tingkat jenis, 53-66% pada tingkat marga dan 18-21% pada tingkat suku.Tercatat perubahan komposisi jenis pada hutan yang terbakar; dominasi jenis Dipterocarpaceae dipetak hutan tak terbakar (K) menjadi dominasi pionir sekunder Macaranga gigantea-Vernonia arborea di petak terbakar berat (HD) dan dominasi Macaranga gigantea-Shorea smilhiana di petak terbakar ringan (LD).Beberapa jenis seperti Durio acutifolius dan Syzygium incarnaium mungkin dapat digolongkan sebagai jenis yang relative lebih tahan terhadap api.