Fatherless atau bisa dibilang bentuk pengalaman seseorang yang mengalami kehilangan sosok ayah, baik secara fisik maupun emosional, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan peran ayah dalam hidupnya. Ketidak hadiran sosok ayah ini akan membuat sang anak menjadi pemalu dan memiliki pengalaman traumatis yang berhubungan dengan sang ayah, ditambah dengan tidak adanya dukungan emosional dari keluarga anak tidak dapat memiliki tempat yang di sebut “rumah” dan merasa kesepian, membuat mereka harus mencari orang lain atau tempat lain, yang mampu untuk bersandar atau sekedar curhat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan dewasa awal yang memiliki pengalaman fatherless, hingga memiliki perasaan lonliness, bagaimana segala pengalaman tersebut akan berdampak pada pola fikir dan kehidupan mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Subjek pada penelitian ini berjumlah tiga orang dewasa awal dengan rentan usia 20-25 tahun yang di pilih sesuai dengan kriteria. Teknik pengumpulan data yang di gunakan peneliti yaitu dengan wawancara mendalam yang kemudian dilakukan analisis menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Pada penelitian ini menemukan beberapa dampak fatherless yang mempengaruhi informan, sehingga menimbulkan banyak emosi-emosi negatif yang ditimbulkan, kontrol emosi yang tidak stabil, juga trauma masa kecil yang masih berdampak sampai sekarang, selain itu terdapat pengaruh kurangnya dukungan lingkungan yang mungkin tidak di sadari oleh informan saat remaja, namun ketika sudah mencapai usia dewasa awal, dengan pemikiran yang lebih matang seperti sekarang, informan berusaha untuk berdamai dengan masa lalu, dan lebih objektif dalam memahami masa lalu informan.