Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental. Sasaran utamanya adalah mengevaluasi perbedaan dampak implementasi model Cooperative Learning (CL) dan model Cooperative Problem Solving (CPS) dalam meningkatkan keterampilan bernalar kritis peserta didik tingkat XI pada bahasan momentum dan impuls dalam pembelajaran fisika di tingkat SMA. Rancangan instrumen yang diimplementasikan menggunakan Pretest Posttest Control Group Design dengan perangkat pengukuran berupa butir soal pretest dan posttest yang sudah mendapat penilaian dari tim penilai ahli. Objek penelitian diambil dari sebuah Sekolah Menengah Atas pada periode pembelajaran 2024/2025. Total partisipan mencakup 68 peserta didik kelas XI, terbagi menjadi 33 peserta didik pada kelompok pembanding dan 35 peserta didik pada kelompok uji. Metode pengambilan data mencakup empat instrumen: lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan perilaku, kuesioner tanggapan terhadap model pembelajaran, serta instrumen pretest dan posttest yang terdiri dari 9 butir soal uraian. Analisis data dilaksanakan melalui serangkaian pengujian, meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji Mann-Whitney untuk verifikasi hipotesis menggunakan aplikasi statistik SPSS versi 27. Hasil pengolahan data observasi memperlihatkan tingkat keberhasilan implementasi model CPS mencapai 100%. Sementara itu, umpan balik peserta didik terhadap penerapan model CPS mencapai 83,95%, yang mengindikasikan kategori sangat memuaskan. Analisis uji Mann-Whitney menghasilkan nilai signifikansi 0,001 < 0,05, yang mengakibatkan penolakan H0 dan penerimaan Ha. Temuan ini mengonfirmasi bahwa kedua model pembelajaran memberikan pengaruh terhadap keterampilan bernalar kritis peserta didik. Data deskriptif lebih lanjut memperlihatkan bahwa capaian rata-rata peserta didik berdasarkan parameter bernalar kritis pada kelompok uji (CPS) mengungguli kelompok pembanding (CL).