Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISTIK INCOMPATIBILITAS DARAH TRANSFUSI BERDASARKAN UJI SILANG SERASI METODE GEL Fatia Rizki Nuraini; Nina Difla Muflikhah; Cindy Chintya Dewi; Prihartiwi Purnama Sari; Natalia Erica Jahja
Asuhan Kesehatan : Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Keperawatan Vol. 16 No. 1 (2025): Asuhan Kesehatan Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : LPPM STIKES Rajekwesi Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Uji silang serasi (crossmatch) merupakan jenis pemeriksaan penting yang dilakukan sebelum transfusi darah dengan tujuan untuk menentukan kecocokan antara darah pendonor dengan darah pasien. Packed Red Cell (PRC) merupakan komponen darah dengan permintaan transfuse yang paling tinggi sehingga paling sering dilakukan uji silang serasi di UDD PMI Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil inkompatibel pada uji silang serasi komponen darah PRC di UDD PMI Bojonegoro pada periode Juni-Juli 2022. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif deskriptif dan dianalisis dengan metode cross tabulation. Hasil dari 589 sampel yang telah dilakukan uji silang serasi, terdapat 8 sampel dengan hasil inkompatibel. Persentase kejadian hasil inkompatibel didominasi oleh permintaan dari ruang rawat inap penyakit dalam (1,77%), berdasarkan jenis kelamin didominasi perempuan (2,34%), golongan darah terbanyak dengan hasil inkompatibel adalah O+ (2,2%), dan jenis inkompatibel didominasi minor autokontrol (62,5%). Kata Kunci : Uji silang serasi, inkompatibel, Packed Red Cell, Transfusi darah
KARAKTERISTIK INCOMPATIBILITAS DARAH TRANSFUSI BERDASARKAN UJI SILANG SERASI METODE GEL Fatia Rizki Nuraini; Nina Difla Muflikhah; Cindy Chintya Dewi; Prihartiwi Purnama Sari; Natalia Erica Jahja
Asuhan Kesehatan : Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Keperawatan Vol. 16 No. 1 (2025): Asuhan Kesehatan Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Keperawatan
Publisher : LPPM STIKES Rajekwesi Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Uji silang serasi (crossmatch) merupakan jenis pemeriksaan penting yang dilakukan sebelum transfusi darah dengan tujuan untuk menentukan kecocokan antara darah pendonor dengan darah pasien. Packed Red Cell (PRC) merupakan komponen darah dengan permintaan transfuse yang paling tinggi sehingga paling sering dilakukan uji silang serasi di UDD PMI Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil inkompatibel pada uji silang serasi komponen darah PRC di UDD PMI Bojonegoro pada periode Juni-Juli 2022. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif deskriptif dan dianalisis dengan metode cross tabulation. Hasil dari 589 sampel yang telah dilakukan uji silang serasi, terdapat 8 sampel dengan hasil inkompatibel. Persentase kejadian hasil inkompatibel didominasi oleh permintaan dari ruang rawat inap penyakit dalam (1,77%), berdasarkan jenis kelamin didominasi perempuan (2,34%), golongan darah terbanyak dengan hasil inkompatibel adalah O+ (2,2%), dan jenis inkompatibel didominasi minor autokontrol (62,5%). Kata Kunci : Uji silang serasi, inkompatibel, Packed Red Cell, Transfusi darah
CORRELATION BETWEEN THROMBOCYTOPENIA DEGREE AND PARASITE DENSITY IN CONFIRMED CASES OF Plasmodium falciparum AND Plasmodium vivax MALARIA Nina Difla Muflikhah
Journal of Vocational Health Studies Vol. 9 No. 2 (2025): November 2025 | JOURNAL OF VOCATIONAL HEALTH STUDIES
Publisher : Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jvhs.V9.I2.2025.87-93

Abstract

Background: Thrombocytopenia, a condition characterized by a low platelet count, is the most prevalent hematological abnormality observed in acute malaria patients. Malaria remains a major global public health problem, with more than 200 million clinical cases reported annually. Purpose: This study aimed to investigate the correlation between the degree of thrombocytopenia and the parasite density in confirmed cases of Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Method: This research was a descriptive observational study using a cross-sectional design. Clinical hematological examinations and peripheral blood smear preparations were performed on malaria patients, followed by analysis of platelet count, hemoglobin levels, and leukocyte count. Result: Thrombocytopenia, commonly found in acute malaria, was observed in 63.4% of cases, underscoring its key role as a diagnostic biomarker. This study showed significant association between hemoglobin levels and thrombocytopenia severity (p-value < 0.05), whereas leukocyte counts did not show a significant association with thrombocytopenia severity (p-value > 0.05). The degree of thrombocytopenia differed between the two types of malaria, assisting the differentiation of infections. Anemia, another detailed hematological indicator, frequently found in P. falciparum cases. Conclusion: Understanding hematological indicator as key-role of malaria diagnosis is vital for accurate diagnosis and effective management of malaria, especially in endemic regions. Continued research and routine hematological surveillance are crucial to improving malaria control and treatment outcomes.