Mengingat banyaknya makna nur yang perlu difahami dalam al-Qur’an. Dengan begitu penggalian mengenai nilai-nilai estetika yang ada dalam term nur dalam QS. An-Nur ayat 35, penting adanya. Karena dengan mengetahui hakikat cahaya Allah yang digambarkan dengan perumpamaan dalam QS. An-Nur ayat 35 dapat digali nilai-nilai estetika yang kemudian dijadikan sebuah pengetahuan terkait ragam makna kata nur yan disebutkan dalam al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode tafsir tematik. Tafsir tematik merupakan suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakannya, menganalisis dan memahami ayat demi ayat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan makna estetika penafsiran surah An-Nur ayat 35 menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya Al-Qur’an al-‘Adhim serta mengetahui ayat-ayat yang berkaitan dengan Nur. Berdasarkan hasil penelitian ini Adapun yang dimaksud pada pembahasan dalam surah Al-Nur ayat 35 kali ini adalah sebuah keestetikan Nur (cahaya) yang disebutkan dalam ayat tersebut. Dalam ajaran Islam, Allah juga menggunakan cahaya sebagai makna penerangan, makna yang jauh dari konotasi negatif. Allah bahkan menggunakan cahaya untuk memisalkan Dzat-Nya yang Agung, hingga menjadikannya salah satu nama Surat Al-Qur’an, yaitu An-Nur. Ia menyebutkan satu ayat secara khusus, yaitu Surat An-Nur 35, mengenai Diri-Nya sebagai Sang Maha Cahaya. Di dalam al-Qur'an, cahaya dapat memiliki makna spiritual dan fisis sebagaimana Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut. Dalam arti spiritual cahaya dipahami sebagai agama, petunjuk, iman dan kitab suci (al-Qur'an). Sedangkan dalam arti fisis cahaya di dalam al-Qur'an diartikan sebagaimana cahaya dalam pandangan ilmu fisika dan sains.