Menjadi bangsa yang besar untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045 tentunya membutuhkan upaya gotong royong yang melibatkan semua elemen bangsa, dimana pemerintah merupakan aktor utamanya. Guna mewujudkan kontribusi nyata pemerintah, maka birokrasi yang merupakan penggerak utama pemerintah haruslah memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu membangun sumber daya manusia aparatur secara berkelanjutan menjadi pilihan strategi yang utama. Sebagai bagian dari infrastruktur pengembangan kompetensi aparatur sipil negara, pelatihan kepemimpinan merupakan kawah candradimuka untuk mencetak para pemimpin transformasional yang profesional guna senantiasa mengindera dan menghadirkan pelayanan publik berkualitas dan berdaya saing. Dalam penyelenggaraan pelatihan kepemimpinan, ditetapkan peserta terbaik dengan mekanisme penilaian yang telah diatur dalam kurikulum pelatihan yang diringkas dalam sebutan sistem ranking. Penelitian ini ingin mengevaluasi apakah penerapan sistem ranking pada pelatihan kepemipinan tersebut masih relevan dan bagaimana pandangan alumni pelatihan kepemipinan menyikapi hal ini. 60 Partisipan yang terlibat, dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Setiap partisipan diberikan pertanyaan terutup dan terbuka yang disampaikan secara digital. Data yang diterima diolah dengan menggunakan aplikasi NVivo. Hasilnya, semua partisipan setuju sistem ranking diterapkan dalam pelatihan kepemimpinan. Alasan mereka memberikan dukungan positf tersebut terkait dengan motivasi, penghargaan, kualifikasi kompetensi, evaluasi diri, objektivitas penilaian, mekanisme pelatihandan evaluasi penyelenggaraan.