Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perlindungan Hukum Potensi Indikasi Geografis Tenun Songket Pandai Sikek Sebagi Bagian Dari Kekayaan Intelekual Komunal Putri, Indah Perdana; Ismi, Hayatul; S, Hengki Firmanda
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 1.D (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Songket Pandai Sikek merupakan kain Songket yang berasal dari Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar yang dibuat secara turun temurun sejak abad ke-14. Songket Pandai Sikek memiliki karakteristik yang berbeda dengan songket daerah lain, memiliki reputasi yang baik, dan masih terjaga eksistensinya sampai saat ini. Hal yang menjadikan songket Pandai Sikek berbeda dengan songket lainnya adalah keberadaan motif dan teknik pembuatannya. Pada setiap tepi kain songket wajib atau harus dibatasi dengan 3 (tiga) motif yaitu Motif Batang Pinang, Motif Bayam dan Motif Saluak Laka. Antara Pucuak (kepala songket atau tumpal) dengan motif badan songket (motif inti) dibatasi dengan Cukie Kaluak. Untuk motif Songket Pandai Sikek sendiri diambil dari faktor lingkungan geografis seperti alam dan manusia. Songket Pandai Sikek merupakan warisan budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan agar tetap terjaga kelangsungannya serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena hal itu Songket Pandai Sikek memiliki potensi untuk mendapatkan perlindungan hukum sebagai Indikasi Geografis sehingga dapat memberikan manfaat dan bisa dimiliki secara komunal oleh masyarakat Pandai Sikek. Indikasi Geografis memberikan kepastian hukum bagi Songket Pandai Sikek..Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisa terkait perlindungan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan Indikasi Geografis terhadap Songket Pandai Sikek, hambatan dalam memberikan perlindungan hukum indikasi geografis. Jenis penelitian yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang hendak melihat korelasi antara hukum dengan masyarakat, sehingga mampu mengungkap efektivitas berlakunya hukum dalam masyarakat. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan kajian kepustakaan. Dari hasil penelitian masalah ada dua hal pokok yang dapat disimpulkan pertama, perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap Songket Pandai Sikek yaitu perlindungan hukum preventif yang bersifat pencegahan jika suatu saat nanti terjadi sengketa. Kedua, Hambatan dalam memberikan Perlindungan hukum Indikasi geografis terhadap Tenun Songket Pandai Sikek yaitu, kesulitan dalam menyusun buku persyaratan indikasi geografis, kurangnya kesadaran hukum masyarakat terhadap Perlindungan Hukum Indikasi geografis, serta kurangnya pengawasan pemerintah setempat terkait potensi Indikasi geografis Songket Pandai Sikek
Enhancing Protein Density and Nutritional Value of Pumpkin–Skipjack Tuna Biscuits as a Complementary Food for Stunted Toddlers Juniarti, Rizky Auliah; Riswanti, Riswanti; Putri, Indah Perdana
Journal of Current Health Sciences Vol. 5 No. 4: 2025
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jchs.2025135

Abstract

This experimental study evaluated pumpkin–skipjack tuna composite biscuits as a locally adaptable complementary snack for stunted toddlers. Using a completely randomized design with one control and four formulations, we quantified protein and iron and assessed sensory acceptance with 20 semi-trained adult panelists. Compared with the pumpkin-only control (3.37% protein), the best formulation (D: 461 g pumpkin; 125 g skipjack tuna) achieved 9.07% protein—an absolute gain of 5.70 percentage points and a 169% relative increase (t-test p = 0.025). Iron differed nonsignificantly across groups (e.g., formulation D descriptively higher), indicating matrix effects that warrant bioavailability testing. Focusing on key outcomes rather than detailed hedonic scores, we found formulation D to be most acceptable overall. A practical translation suggests a ~50 g serving could supply ~35–40% of the toddler protein RDA, while iron contributions remain uncertain pending bioavailability evidence. The sensory panel comprised adults (not toddlers), so future caregiver-assisted trials are needed to confirm end-user acceptance and safe portion sizes. In sum, moderate inclusion of skipjack tuna flour meaningfully enhances protein density without compromising acceptance, supporting the development of shelf-stable, culturally familiar snacks for nutrition programs targeting stunting; iron claims should remain cautious until bioavailability is established. Abstrak. Penelitian eksperimental ini mengevaluasi biskuit komposit labu–tepung ikan cakalang sebagai camilan pendamping yang dapat diadaptasi secara lokal bagi balita stunting. Dengan rancangan acak lengkap yang mencakup satu kontrol dan empat formulasi, kami mengukur kadar protein dan zat besi serta menilai penerimaan sensori menggunakan 20 panelis dewasa semi-terlatih. Dibandingkan kontrol berbasis labu saja (protein 3,37%), formulasi terbaik (D: 461 g labu; 125 g tepung ikan cakalang) mencapai protein 9,07%—kenaikan absolut 5,70 poin persentase dan peningkatan relatif 169% (uji t, p = 0,025). Kadar zat besi tidak berbeda signifikan antar kelompok (meski formulasi D lebih tinggi secara deskriptif), menunjukkan kemungkinan adanya efek matriks yang memerlukan uji bioavailabilitas. Berfokus pada luaran kunci alih-alih rincian skor hedonik, formulasi D menunjukkan penerimaan keseluruhan terbaik. Secara praktis, takaran saji ±50 g diperkirakan memenuhi ≈35–40% Angka Kecukupan Gizi protein balita, sementara kontribusi zat besi masih belum pasti sebelum bukti bioavailabilitas tersedia. Panel sensori terdiri atas orang dewasa (bukan balita), sehingga uji coba dengan pendampingan pengasuh diperlukan untuk mengonfirmasi penerimaan pengguna akhir dan keamanan takaran saji. Disimpulkan, inklusi moderat tepung ikan cakalang secara bermakna meningkatkan densitas protein tanpa menurunkan penerimaan, mendukung pengembangan camilan stabil-simpan yang akrab secara budaya bagi program gizi untuk penurunan stunting; klaim terkait zat besi perlu tetap hati-hati hingga bioavailabilitas terverifikasi.