Mahasiswa rantau menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan berat di tempat perantauannya yang dapat mempengaruhi kesehatannya secara menyeluruh. Tidak terkecuali pada suku Bugis yang dikenal dengan keteguhan dan tekad kuat untuk mencapai tujuan meskipun menghadapi berbagai tantangan kehidupan dalam perantauan. Karakteristik tersebut menuntut mahasiswa Bugis untuk selalu tangguh di perantauan, yang membutuhkan kesehatan spiritual sebagai landasan untuk menemukan kekuatan, harapan, dan ketenangan batin dalam menghadapi tantangan kehidupan. Peran orang tua menjadi penting dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas anak karena memiliki ikatan emosional yang erat dan dianggap membangun model pola interaksi dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi peran kelekatan dengan orang tua dalam mempengaruhi kesehatan spiritual mahasiswa rantau Bugis di Jakarta, serta seberapa besar perannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan 107 mahasiswa rantau suku Bugis di Jakarta anggota (PMBM) (Mage= 21.7; SD = 1.76, Laki-laki=73). Kesehatan spiritual diukur menggunakan adaptasi instrumen skala kesehatan spiritual yang dikembangkan oleh Nafaz, Hasan, & Rahmawati dan kelekatan dengan orang tua diukur menggunakan adaptasi instrumen Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) yang telah digunakan oleh Idriyani. Hasil uji regresi linier sederhana menunjukkan peran signifikan antara kelekatan dengan orang tua dan kesehatan spiritual mahasiswa Bugis, dengan nilai t hitung 6,618 dan signifikansi 0,00 (<0,05). Kelekatan dengan orang tua menyumbang 29,4% terhadap kesehatan spiritual, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelekatan dengan orang tua memiliki kontribusi dalam membangun kesehatan spiritual yang dimiliki oleh mahasiswa rantau Bugis. Penelitian ini menggaris bawahi urgensi orang tua untuk menjaga interaksinya dengan mahasiswa dalam menghadapi tantangan di tingkat universitas utamanya pada mahasiswa rantau.