Upaya kesehatan lansia bukan sekadar tentang umur panjang, tetapi tentang mempertahankan kualitas hidup yang bermartabat. Lansia berhak atas lingkungan yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan sosial agar tetap produktif. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tantangan besar masih menghadang: kurangnya akses layanan kesehatan yang komprehensif, rendahnya kesadaran akan pola hidup sehat, serta minimnya dukungan sosial yang membuat lansia rentan terhadap penyakit degeneratif seperti demensia dan Alzheimer. Salah satu solusi konkret yang diangkat dalam pengabdian masyarakat ini adalah pendekatan berbasis gizi, terutama melalui kampanye "Gemar Makan Ikan." Konsumsi ikan, yang kaya akan omega-3, terbukti berperan dalam menjaga fungsi kognitif lansia, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi mereka melalui bisnis olahan ikan. Program ini tidak hanya memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi, tetapi juga membangun kapasitas lansia agar tetap berdaya secara ekonomi. Namun, seberapa jauh program seperti ini bisa berdampak jika tidak diiringi dengan kebijakan yang mendukung keberlanjutan kesejahteraan lansia? Kesadaran saja tidak cukup tanpa sistem yang memastikan layanan kesehatan yang mudah diakses, lingkungan sosial yang inklusif, dan peluang ekonomi yang nyata bagi lansia. Oleh karena itu, penting untuk melihat isu ini bukan hanya dari aspek individu, tetapi juga dari sudut pandang struktural. Lansia bukan sekadar kelompok usia yang membutuhkan bantuan, tetapi komunitas yang masih bisa berkontribusi jika diberikan kesempatan dan dukungan yang layak