Dewi, Desak Made Marysha
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Prospective analysis of Simantri sustainability: A probability approach Saskara, Ida Ayu Nyoman; Setyari, Ni Putu Wiwin; Dewani, I Dewa Ayu Made Natasah; Dewi, Desak Made Marysha; Lestari, Desak Putu Diah Merta
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 27 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24914/jeb.v27i1.8435

Abstract

Pemberdayaan petani melalui pelaksanaan Program Simantri adalah salah satu kebijakan pembangunan pertanian daerah Provinsi Bali, yang merupakan sebuah upaya local jangka panjang ke arah kelompok kemandirian pangan, pakan, pupuk organik, energi (biogas) dan kesejahteraan petani. Tujuan penelitian ini untuk menentukan scenario probabilitas keberlanjutan program Simantri dan menentukan sensitivitas scenario pendorong keberlanjutan program Simantri. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tabanan, Data yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuisioner terstruktur, dengan petani Simantri, Pendamping sebanyak 115 responden, serta melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan 19 pakar dana atau stakeholder. Data hasil FGD yang telah dibandingkan/dipertimbangkan dengan hasil dari kuisioner, dianalaisis dengan model SMIC-Prob Expert. Hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi skenario dengan peluang tertinggi adalah pada kombinasi “1101” (cattle, side economi, dan commercial) dengan besarnya peluang yaitu 0.138. Analisis sensitivitas yang diukur dengan elastisitas adalah skenario cattle dan commercial sebagai “prime mover” atau pendorong utama dari sistem. Elastisitas skenario cattle masing-masing 1.677, dan commercial 1.344. Artinya, keberlanjutan program Simantri sangat ditentukan oleh kedua scenario tersebut. Rekomendasi agar program Simantri berkelanjutan yaitu perlu adanya kombinasi skenario “prime over”.
A closer look at willingness to pay: An economic perspective on the Gringsing weaving cultural industry Dewi, Desak Made Marysha; Saskara, Ida Ayu Nyoman
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah
Publisher : Program Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/ppd.v13i3.39150

Abstract

Gringsing weaving from Tenganan Village is renowned for its distinctive indigo blue dye, derived from the tawum tree. However, traditional awig-awig (customary regulations) prohibit dyeing within the village due to environmental concerns, particularly the risk of groundwater contamination. As a result, dyeing activities are relocated to neighboring Bugbug Village, where local rivers are used for washing and saltwater soaking—processes that enhance the quality of the dye. This relocation has led weavers to outsource dyeing services, prompting an investigation into the factors influencing their willingness-to-pay (WTP). This study employs Focus Group Discussions (FGDs) with Gringsing weavers and relevant government stakeholders, supported by MICMAC (Matrix of Cross-Impact Multiplications Applied to a Classification) and Bayesian Belief Network (BBN) analyses. The MICMAC results identify cultural capital and awig-awig as primary driving factors shaping WTP. BBN analysis further highlights the significant influence of Communal Intellectual Property Rights (CIPR) and income stability. These findings suggest that willingness to pay is shaped not only by economic considerations but also by deeply embedded cultural and institutional factors. To ensure the long-term sustainability of the Gringsing weaving tradition, interventions must integrate cultural revitalization, environmental responsibility, and financial empowerment. Strengthening intellectual property protections, promoting income-generating opportunities, and respecting traditional regulatory frameworks are essential to preserving both the cultural integrity and economic viability of the Gringsing weaving industry.