Peningkatan suhu telah terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan suhu akibat peralihan musim. Fenomena yang terjadi saat peralihan musim disebabkan oleh interaksi daratan dan lautan dengan radiasi matahari sebagai sumber energi utama, memengaruhi pola distribusi intensitas radiasi di wilayah ini. Keterbatasan jumlah pengukuran intensitas radiasi matahari di NTT menjadi tantangan dalam analisis distribusi radiasi secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi akurasi dua produk reanalisis, ERA-5 dan NCEP/DOE Reanalysis II dalam memvisualisasikan distribusi radiasi matahari selama peralihan monsun pada 2023-2024. Data dari kedua produk dibandingkan dengan pengukuran oleh AWS Stamet Digital Kupang menggunakan analisis statistik, seperti Mean Bias Error (MBE), Root Mean Square Error (RMSE), dan koefisien korelasi. Hasil menunjukkan bahwa ERA-5 memiliki performa lebih baik dengan RMSE 56,456 W/m² dan koefisien korelasi 0,48 meskipun nilai biasnya sedikit lebih tinggi dibandingkan NCEP/DOE. Distribusi intensitas radiasi menunjukkan nilai tertinggi di wilayah Merauke dan sebagian besar perairan dengan intensitas lebih dari 350 W/m², sementara nilai terendah ditemukan di Pulau Flores bagian selatan, barat laut Pulau Sumba, dan sebagian besar wilayah daratan, dengan intensitas kurang dari 300 W/m². Nilai rata-rata intensitas matahari meenurun sebesar 50 W/m² pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2024 pada bulan peralihan monsun Maret - April dan November - Desember.