Perubahan gaya hidup digital yang dipengaruhi oleh prinsip YOLO dan FOMO telah menyebabkan meningkatnya perilaku konsumtif di kalangan pelajar, terutama terkait pengeluaran kecil berulang (latte factor). Rendahnya literasi keuangan menjadi penyebab utama siswa tidak memiliki pemahaman dan keterampilan dalam mengelola uang saku secara bijak. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan siswa melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan reflektif berbasis komunitas. Keterbaruan program ini terletak pada integrasi konsep latte factor dan metode anggaran 50/30/20 ke dalam praktik pembelajaran kontekstual yang melibatkan siswa sebagai subjek aktif. Kegiatan dilaksanakan di SMAN 1 Bangsal, Kabupaten Mojokerto, melibatkan 35 siswa kelas XI. Program dilakukan dalam tiga tahap: persiapan, edukasi, dan pendampingan. Metode Participatory Action Research (PAR) diterapkan dengan instrumen pre-test dan post-test, simulasi anggaran, serta refleksi anggaran harian. Hasil utama yang diukur adalah perubahan skor literasi keuangan dan penerapan kebiasaan finansial baru. Hasil menunjukkan peningkatan skor rata-rata sebesar 25,2 poin dari pre-test ke post-test. Peningkatan tertinggi terdapat pada aspek penyusunan anggaran dan pemahaman latte factor. Selama fase pendampingan, siswa menunjukkan perubahan perilaku seperti menyusun anggaran, menabung, dan mengurangi konsumsi impulsif. Program ini memperkuat landasan empowerment theory dan community-based learning, di mana keterlibatan aktif dan refleksi personal menjadi kunci perubahan berkelanjutan. Program ini menunjukkan bahwa pendekatan edukatif yang partisipatif dan kontekstual mampu meningkatkan literasi keuangan siswa secara signifikan. Disarankan agar model ini diintegrasikan dalam kurikulum ekstrakurikuler atau program bimbingan konseling berbasis pemberdayaan komunitas.