Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN KEPRIBADIAN MELALUI KEGIATAN BAPAS KLATEN SUPER CAMP (BSC) KEPADA KLIEN ANAK BAPAS KELAS II KLATEN Annas Rifki Rachmawan; Bhaktiardhana Suryandaru; Dimas Aditiya Pratama; Feby Adi Wibawanto
Journal Central Publisher Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i1.333

Abstract

Latar Belakang : Anak perlu dilindungi dari dampak negatif pembangunan, globalisasi, dan perubahan sosial yang memengaruhi perilaku mereka. SPPA menerapkan Keadilan Restoratif melalui pembinaan dan rehabilitasi bagi ABH. Bakat Super Camp (BSC) menjadi program inovatif bimbingan kepribadian yang bekerja sama dengan LPA, mantan klien terorisme, dan tokoh agama. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program Bakat Super Camp (BSC) dalam meningkatkan kesadaran klien anak terhadap kesalahan masa lalu, kepedulian terhadap sesama, dan kesiapan untuk menjadi individu yang lebih baik di masa depan. Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian lapangan (field research). Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. BSC menerapkan metode Social Group Work, yaitu suatu metode yang menggunakan pengalaman kelompok untuk membantu individu menemukan solusi atas permasalahan mereka dan meningkatkan fungsi sosialnya. Hasil dan Pembahasan : Pelaksanaan BSC berlangsung selama dua hari dan terdiri dari berbagai kegiatan, seperti "Garap Bocah" (menggali masa lalu, masa kini, dan masa depan anak), "Birohis" (kegiatan keagamaan dan kultum), "Tonight Show" (pemutaran video harapan orang tua), "Anggun Cantik" (api unggun dan refleksi diri), "Sapa Berjasa" (senam pagi dan jalan santai), serta "Outbond BSC" (permainan kelompok untuk meningkatkan kebersamaan dan kekompakan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti program ini, klien anak mengalami peningkatan kesadaran diri, kepedulian terhadap orang lain, serta motivasi untuk berubah menjadi individu yang lebih baik. Kesimpulan : Program BSC terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian klien anak. Program ini juga memberikan dampak positif bagi Bapas Kelas II Klaten, termasuk peningkatan keterampilan staf dalam pembinaan, pengurangan konflik antar klien, serta peningkatan kesejahteraan mental klien anak. Diharapkan program inovatif seperti BSC dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan dalam bentuk yang lebih variatif sesuai dengan kebutuhan klien anak.
Implementasi Program Pembinaan Kemandirian Budidaya Lele di Lapas Kelas II A Yogyakarta Bhaktiardhana Suryandaru
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2223

Abstract

Program pembinaan kemandirian merupakan pilar penting dalam sistem pemasyarakatan yang bertujuan membekali warga binaan dengan keterampilan untuk reintegrasi sosial. Penelitian ini mengkaji implementasi program budidaya lele di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif. Analisis dilakukan melalui empat dimensi teori implementasi Edward III, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Hasil penelitian mengungkap sebuah paradoks, program ini bertahan bukan karena desain sistem yang efektif, melainkan karena modal sosial yang kuat berupa semangat dan komitmen tinggi dari para narapidana dan petugas (disposisi). Namun, keberlangsungan program secara kritis terhambat oleh kegagalan sistemik pada dimensi lain. Sumber daya sangat terbatas, dengan model keuangan perputaran modal yang secara struktural gagal menghasilkan keuntungan dan premi bagi peserta, sehingga mencederai tujuan peningkatan kesejahteraan. Selain itu, struktur birokrasi Lapas yang kaku dan lambat, terutama dalam proses pengadaan barang, menyebabkan inefisiensi operasional yang kronis dan menghambat produktivitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa program dijalankan dengan logika birokrasi pemerintah, bukan logika wirausaha, sehingga terjebak dalam siklus kegagalan