This Author published in this journals
All Journal JURNAL HERITAGE
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JURNAL HERITAGE

PERBANDINGAN HUBUNGAN NEGARA-PASAR REZIM SOEHARTO DAN PEMERINTAHAN SBY (Kajian dari Perspektif Weberian-Kintzean) M.Si, Hambali

Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.663 KB) | DOI: 10.35891/heritage.v1i2.838

Abstract

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pemerintah membatasi diri untuk tidak mencampuri mekanisme pasar. Kini pada masa Presiden SBY pemerintah juga membatasi campur tangan terhadap komoditas serupa tetapi harga barang kebutuhan sekunder tidak stabil dan cenderung mahal. Mengapa hal ini terjadi? Bertolak dari itu nantinya dapat diinterpretasikan mengapa sebuah kebijakan yang relative sama dapat memberi dampak berbeda kepada masyarakat. Oleh sebab itu,maka solusinya adalah peran pemerintah, dalam hal ini Bulog harus ditegakkan kembali. Pemerintah lebih mampu memberikan stabilisasi, alokasi, dan distribusi.Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) maka peran pemerintah sebagai regulatory government tetap diperlukan. Pemerintahan Suharto pada masa itu memonitor dan mengawasi harga agar terkendali, tidak membiarkan harga melambung tinggi yang dinaikkan sepihak oleh penjual perusahaan swasta. Pemerintah dapat menurunkan biaya sarana produksi pertanian dan memperbaiki infrastruktur distribusi hasil pertanian. Pemerintah perlu menghentikan impor pangan pada produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri.
PERBANDINGAN HUBUNGAN NEGARA-PASAR REZIM SOEHARTO DAN PEMERINTAHAN SBY (Kajian dari Perspektif Weberian-Kintzean) M.Si, Hambali
HERITAGE Vol 1 No 2 (2012): Jurnal Heritage
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/heritage.v1i2.838

Abstract

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pemerintah membatasi diri untuk tidak mencampuri mekanisme pasar. Kini pada masa Presiden SBY pemerintah juga membatasi campur tangan terhadap komoditas serupa tetapi harga barang kebutuhan sekunder tidak stabil dan cenderung mahal. Mengapa hal ini terjadi? Bertolak dari itu nantinya dapat diinterpretasikan mengapa sebuah kebijakan yang relative sama dapat memberi dampak berbeda kepada masyarakat. Oleh sebab itu,maka solusinya adalah peran pemerintah, dalam hal ini Bulog harus ditegakkan kembali. Pemerintah lebih mampu memberikan stabilisasi, alokasi, dan distribusi.Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) maka peran pemerintah sebagai regulatory government tetap diperlukan. Pemerintahan Suharto pada masa itu memonitor dan mengawasi harga agar terkendali, tidak membiarkan harga melambung tinggi yang dinaikkan sepihak oleh penjual perusahaan swasta. Pemerintah dapat menurunkan biaya sarana produksi pertanian dan memperbaiki infrastruktur distribusi hasil pertanian. Pemerintah perlu menghentikan impor pangan pada produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri.
Pembangunan Partisipasi Sebagai Bentuk Demokratik Governance Dalam Penganggaran Publik M.Si, Hambali; Silfiah,SH.,M.Hum, Rosa Ilma
HERITAGE Vol 3 No 1 (2015): Jurnal Heritage
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/heritage.v3i1.820

Abstract

Menjalankan sistem Demokrasi banyak aspek yang harus diperbaiki baik tingkatpartisipasi masyarakat, sistem kerja pemerintah, hingga sistem penganggaran keuangandidaerah. Sejalan dengan disentralisasi anggaran didaerah masih banyak yang kurangmaksimal didalam menggunakan dana secara efektif dan efisien, salah satunya bisa kitalihat dengan tingginya SILPA yang diposkan di Bank Daerah, hal ini menjadi salah satubeban Bank Indonesia (BI) untuk selalu memberikan suku bunga, konteks demikianmenjadi ciri akan patologi penganggaran. Kondisi seperti ini bisa di atasi dengan upayasistem partisipasi masyarakat, salah satunya optimalisasi Musrenbang.Dalam pelaksanaan Musrenbang dikabupaten Pasuruan berjalan sesuai denganwaktunya, namun menjadi pertanyaan bahwa dengan berjalannya system tersebutSILPA masih relative tinggi pertahunnya. Penelitian ini akan memfokuskan padabagaimana system ditengah budaya patron klien di pasuruan, sehingga menjadi suatuhambatan yang bertujuan untuk menangani anggaran lebih.Dalam Penelitan ini menggunakan metode studi kasus (case study) adalahpencarian masalah di dalam pelaksanaan musrenbang sebagai dasar menciptakanpenyusunan anggaran yang demokratik.Dalam Penelitian ini melihat tingginya SILPA menjadi patologi didalam kebijakananggaran dikarenakan pemertintah belum bisa membelanjakan seraca maksimal. SILPAditiap tahunnya relative naik, jika dilihat dari aspek anggaran, maka ketidak mampuanpemerintah dapat ditelusuri atas mekanisme pembuatan RKA SKPD yang berasal dariMus renbang dan musrenbang di kabupaten pasuruan masih kurang maksimaldisebabkan ada kendala oleh budaya dan tingkat pendidikan masyarakat pada posisitransisi.Dengan mekanisme musrenbang justru nilai partisipasi masih hanya sebataskelembagaan dan semu. Yang paling dominan adalah budaya patronklien, yang manamasyarakat yang berada pada struktur klien lebih mempercayakan dan atau merasaterwakili dengan kehadiran sang patron. Hal ini justru menandakan atas kesadaran semupada tingkatan partisipasi masyarakat pada musrenbang.Untuk itu perlulah merubah merubah mekanisme musrenbang dari aspekkelembagaan dan cultural. Untuk aspek kelembagaan butuh reformasi administrasimusrenbang yang ide dan nilai di jarring mulai RT/RW, dan secara tidak langsung aspekbudaya akan ikut sebagaimana actor elit local (sang Patron) yang hadir dalamMusrenbang tidak bebas nilai.