Rizka Fadzillah
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Konstruksi Etika Berpakaian Wanita dalam Pemikiran Hasbi Ash-Shiddiqi dan Tradisi Sumbang Duo Baleh: Studi Tafsir dan Budaya Minangkabau Muhammad Raffin Althafullayya; Ali Akbar; Suci Cahyani; Rizka Fadzillah
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 8 No. 2 (2024): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research examines the construction of women's dress code in Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi's Tafsir An-Nur and its compatibility with the concept of Sumbang Duo Baleh, especially Sumbang Bapakian, in the Minangkabau tradition. Through descriptive qualitative approach and comparative analysis, this study explores the similarities and differences between the two concepts in maintaining the value of modesty and honour of women. The results show that the principle of modest dress in Islam, as explained by Ash-Shiddiqi, is in line with local Minangkabau norms that emphasise the importance of keeping the aurat as a form of self-respect and social responsibility. While Ash-Shiddiqi offers flexibility in the face of modernity, Sumbang Duo Baleh tends to maintain a conservative approach. This analysis is expected to provide new insights for the Minangkabau Muslim community to integrate cultural and religious values harmoniously in their identity in the global era. Penelitian ini mengkaji konstruksi etika berpakaian wanita dalam tafsir An-Nur karya Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi dan kesesuaiannya dengan konsep Sumbang Duo Baleh, khususnya Sumbang Bapakian, dalam tradisi Minangkabau. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan analisis komparatif, penelitian ini menggali persamaan serta perbedaan antara kedua konsep dalam menjaga nilai kesopanan dan kehormatan perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa prinsip berpakaian sopan dalam Islam, sebagaimana dijelaskan Ash-Shiddiqi, sejalan dengan norma lokal Minangkabau yang menekankan pentingnya menjaga aurat sebagai bentuk penghormatan diri dan tanggung jawab sosial. Kendati Ash-Shiddiqi menawarkan fleksibilitas dalam menghadapi modernitas, Sumbang Duo Baleh cenderung mempertahankan pendekatan konservatif. Analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat Muslim Minangkabau untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan agama secara harmonis dalam identitas mereka di era global.
Konstruksi Etika Berpakaian Wanita dalam Pemikiran Hasbi Ash-Shiddiqi dan Tradisi Sumbang Duo Baleh: Studi Tafsir dan Budaya Minangkabau Muhammad Raffin Althafullayya; Ali Akbar; Suci Cahyani; Rizka Fadzillah
Al Iman: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 8 No. 2 (2024): Al-Iman Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : STID Raudlatul Iman Sumenep

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research examines the construction of women's dress code in Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi's Tafsir An-Nur and its compatibility with the concept of Sumbang Duo Baleh, especially Sumbang Bapakian, in the Minangkabau tradition. Through descriptive qualitative approach and comparative analysis, this study explores the similarities and differences between the two concepts in maintaining the value of modesty and honour of women. The results show that the principle of modest dress in Islam, as explained by Ash-Shiddiqi, is in line with local Minangkabau norms that emphasise the importance of keeping the aurat as a form of self-respect and social responsibility. While Ash-Shiddiqi offers flexibility in the face of modernity, Sumbang Duo Baleh tends to maintain a conservative approach. This analysis is expected to provide new insights for the Minangkabau Muslim community to integrate cultural and religious values harmoniously in their identity in the global era. Penelitian ini mengkaji konstruksi etika berpakaian wanita dalam tafsir An-Nur karya Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi dan kesesuaiannya dengan konsep Sumbang Duo Baleh, khususnya Sumbang Bapakian, dalam tradisi Minangkabau. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan analisis komparatif, penelitian ini menggali persamaan serta perbedaan antara kedua konsep dalam menjaga nilai kesopanan dan kehormatan perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa prinsip berpakaian sopan dalam Islam, sebagaimana dijelaskan Ash-Shiddiqi, sejalan dengan norma lokal Minangkabau yang menekankan pentingnya menjaga aurat sebagai bentuk penghormatan diri dan tanggung jawab sosial. Kendati Ash-Shiddiqi menawarkan fleksibilitas dalam menghadapi modernitas, Sumbang Duo Baleh cenderung mempertahankan pendekatan konservatif. Analisis ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat Muslim Minangkabau untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan agama secara harmonis dalam identitas mereka di era global.