Umar, Nazaruddin
Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbandingan Osmolaritas Plasma Setelah Pemberian Manitol 20% 3 mL/kgBB dengan Natrium Laktat Hipertonik 3 mL/kgBB pada Pasien Cedera Otak Traumatik Ringan-Sedang Batubara, Budi Harto; Umar, Nazaruddin; Mursin, Chairul
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.176 KB)

Abstract

Terapi osmotik adalah salah satu cara penanganan pada cedera kepala traumatik untuk menurunkan tekanan intrakranial (TIK) dengan cara mengatasi edema yang terjadi. Penelitian ini dilakukan pada 30 pasien cedera otak traumatik ringan-sedang yang masuk ke UGD Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada Oktober–Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok A diberikan manitol 20% 3 mL/kgBB dan kelompok B diberikan natrium laktat hipertonik 3 mL/kgBB. Dilakukan penilaian osmolaritas sebelum perlakuan dan 60 menit setelah perlakuan dengan cara pengambilan darah, kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium. Data hasil penelitian diuji dengan uji T-independent dan Uji Mann-Whitney. Dari hasil penelitian didapatkan efek perubahan osmolaritas plasma setelah perlakuan tidak bermakna secara statistik (p>0,05) walaupun osmolaritas plasma akhir setelah perlakuan pada kedua kelompok berbeda bermakna (p<0,05). Volume urin lebih banyak pada kelompok manitol dan bermakna secara statistik (p<0,05), akan tetapi tidak ada perubahan hemodinamik yang bermakna. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa manitol lebih baik dalam hal target osmolaritas plasma pada pasien cedera otak traumatik ringan sedang.Kata kunci: Cedera otak traumatik, manitol 20%, natrium laktat hipertonik, osmolaritasPlasma Osmolarity Changes After Mannitol 20% 3 mL/kgBW and Hypertonic Sodium Lactate Solution 3 mL/kgBW Administration in Patients with Mild-Moderate Traumatic Brain InjuryAbstractOsmotic therapy is one of many modalities to manage traumatic brain injuries aimed to decrease intracranial pressure by alleviating the brain edema. A study was performed on 30 subjects with mild and moderate brain injuries admitted to the emergency department of Adam Malik General Hospital Medan during October–December 2015 who meet the inclusion and exclusion criteria. Subjects were divided randomly into 2 treatment groups, i.e. group A that received mannitol 20% 3 mL/kgBW and group B that received hypertonic natrium lactate 3 mL/kgBW. The measurement of osmolarity was performed before administration of either of mannitol and hypertonic natrium lactate and at 60 minutes after the administration by drawing the blood for blood check. . Data were statistically analyzed using T- independent test and Mann-Whitney test. Plasma osmolarity changes before and after the treatment were not statistically sifgnificant (p>0.05) for each group treatment even though post-treatment plasma osmolarity was statistically significant. Urin output in the mannitol group was higher than in the hypertonic sodium lactate group and was statistically significant (p>0.05); nevertheless, there was no significant difference in the hemodynamic change. Therefore, manitol is better than hypertonic natrium lactate for osmolarity target therapy in patients mild-moderate head injury.Key words: Hypertonic natrium lactate, mannitol 20%, osmolarity, traumatic brain injury DOI: 10.15851/jap.v4n3.677
Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 mg dan Ketamin 40 mg dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal Firza, Teuku Andrian; Umar, Nazaruddin; Ihsan, Muhammad
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.284 KB) | DOI: 10.15851/jap.v5n1.997

Abstract

Nyeri tenggorok dan suara serak merupakan komplikasi yang sering muncul pada anestesi umum dengan intubasi endotrakeal yang memengaruhi kenyamanan dan kepuasan pasien setelah operasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas obat kumur benzydamine hydrochloride dan ketamin dalam mengurangi nyeri tenggorok dan suara serak setelah anestesi umum dengan intubasi endotrakeal. Terdapat 58 pasien berusia 16–60 tahun yang akan menjalani anestesi umum di Instalasi Bedah Sentral RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Oktober–November 2013 dengan intubasi endotrakeal secara acak tersamar ganda dan dibagi dalam 2 kelompok yang sama besar. Sepuluh menit sebelum masuk kamar operasi, pasien menerima obat kumur ketamin atau benzydamine hydrochloride sebanyak 15 mL untuk dikumur selama 60 detik. Setelah operasi pasien diberikan ketorolak. Penilaian nyeri tenggorok dan suara serak dilakukan pada 1, 6, 12, dan 24 jam setelah selesai operasi. Hasil penelitian 6 pasien dikeluarkan dari penelitian. Insiden nyeri tenggorok pada jam I pada kelompok ketamin 14 dari 26 dan benzydamine hydrochloride 18 dari 26, sedangkan insidens suara serak pada jam I pada kelompok ketamin 16 dari 26 dan benzydamine hydrochloride 18 dari 26. Secara umum benzydamine hydrochloride lebih baik dibanding dengan ketamin, namun dengan uji chi-kuadrat tidak berbeda antara kedua kelompok obat.Kata kunci: Benzydamine hydrochloride, intubasi endotrakeal, ketamin, nyeri tenggorok, suara serakComparison of Benzydamine Hydrochloride 22.5 mg and Ketamine 40 mg Mouthwash Reduce Sore throat and Hoarseness after Endotracheal IntubationSore throat and hoarseness is a frequent complication in general anesthesia with endotracheal intubation, which affects the comfort and satisfaction of patients after surgery. This study aimed to determine the effectiveness of ketamine and benzydamine hydrochloride mouthwash in reducing sore throat and hoarseness following general anesthesia with endotracheal intubation. Fifty eight patients aged 16–60 years undergoing general anesthesia at the Central Operating Theater of H. Adam Malik General Hospital Medan with endotracheal intubation during October–November 2013 were double-blind randomized and divided equally into 2 groups. Ten minutes before entering the operating room, patients received ketamine or benzydamine hydrochloride mouthwash as much as 15 mL for a 60 seconds gargle. After surgery, patients were given ketorolac. Assessment on sore throat and hoarseness was performed at 1, 6, 12, 24 after the completion of surgery. Six patients were excluded from the study. The incidence of sore throat in the first hour in ketamine group was 14 of 26 and 18 of 26 in hydrochloride benzydamine group. Meanwhile, the incidence of hoarseness in the first hour for both groups were 16 of 26 and 18 of 26, respectively. In general, benzydamine hydrochloride is better than ketamine although the difference is not statistically significant.Key words: Benzydamine hydrochloride, endotracheal intubation, ketamine, sore throat, hoarseness 
Perbandingan Nilai Analisis Gas Darah, Elektrolit, dan Laktat Setelah Pemberian Ringer Asetat Malat dengan Ringer Laktat untuk Early Goal Directed Therapy Pasien Sepsis Fikri, Muhammad; Hanafie, Achsanuddin; Umar, Nazaruddin
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.214 KB) | DOI: 10.15851/jap.v6n1.1291

Abstract

Sepsis merupakan penyebab kedua tertinggi kematian di instalasi rawatan intensif dan merupakan 10 penyebab tertinggi kematian di seluruh dunia. Menurut Survival Sepsis Campaign 2012 penanganan awal pada pasien sepsis dengan pemberian cairan memberikan respons yang lebih baik dengan pemberian 30 mL/kgBB cairan kristaloid. Penelitian ini bertujuan membandingkan jenis cairan kristaloid mana yang merupakan pilihan lebih baik untuk resusitasi atau early goal directed therapy (EDGT) pada pasien sepsis. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda yang dilakukan pada periode bulan Desember 2016–Januari 2017 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Empat puluh pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi dinilai perubahan analisis gas darah, elektrolit (natrium, kalium, klorida), dan laktat sebelum dengan sesudah resusitasi cairan Ringer asetat malat dan Ringer laktat. Dari 40 pasien yang memenuhi kriteria, pemberian Ringer asetat malat yang dibandingkan dengan Ringer laktat pada pasien sepsis, nilai analisis gas darah (AGDA) mengalami perbaikan pada nilai HCO3 (p=0,001), TCO2 (p=0,002), base excess (BE) (p=0,048). Pemberian cairan ringer asetat malat menunjukkan peningkatan nilai analisis gas darah, natrium, dan laktat yang lebih baik daripada Ringer laktat. Simpulan, pemberian cairan Ringer asetat malat pada EGDT pasien sepsis lebih baik dalam menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh dibanding dengan pemberian Ringer laktat.Kata kunci: Early goal-directed therapy, keseimbangan asam basa, Ringer asetat malat, Ringer laktat, sepsis