Lubis, Asmin
Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Perbandingan Acromio Axillo Suprasternal Notch Index dengan Tes Mallampati dalam Prediksi Sulit Intubasi di RSUP Haji Adam Malik Medan Dalimunthe, Aryudina; Lubis, Asmin; Mursin, Chairul
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (883.381 KB) | DOI: 10.15851/jap.v6n1.1283

Abstract

Sistem penilaian Mallampati masih digunakan sebagai prediktor sulit intubasi pada pasien yang akan menjalani pembedahan elektif dengan anestesi umum intubasi di Instalasi Bedah Pusat, namun dinilai masih kurang tepat. Tujuan penelitian mendapatkan alternatif bagi pasien yang tidak dapat duduk sebagaimana pemeriksaan pada Mallampati, namun tetap memiliki akurasi yang baik sebagai prediktor sulit intubasi pada pasien yang akan menjalani pembiusan umum intubasi di Instalasi Bedah Pusat RSUP Haji Adam Malik Medan selain sistem penilaian Mallampati. Penelitian cross-sectional dilakukan pada Desember 2016–Januari 2017. Sebanyak 101 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dinilai menggunakan tes acromio axillo suprasternal notch index(AASI) dan Mallampati oleh 2 penilai berbeda ketika preoperatif di ruangan dan sulit intubasi dinilai ketika tindakan pembiusan dengan skor Cormack–Lehane. Analisis statistik menggunakan tabel 2x2 serta area under curve (AUC), dihitung juga sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif dan positif dengan SPSS ver.22. Hasilnya 5 dari 101 pasien yang memenuhi kriteria inklusi didapati dengan sulit intubasi. Penilaian AASI pada penelitian ini memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memprediksi sulit intubasi AUC 95,3% (95% IK: 85,9–100%; p=0,001). Penilaian Mallampati memiliki kemampuan yang baik dalam memprediksi sulit intubasi AUC 79% (95% IK: 52,2–100%; p=0,03). Simpulan, sistem penilaian AASI lebih akurat sebagai indikator sulit intubasi daripada tes Mallampati di Instalasi Bedah Pusat RSUP Haji Adam Malik Medan.Kata kunci: Acromio axillo suprasternal notch index,Cormack Lehane, intubasi, Mallampati 
Perbandingan Efektivitas Kombinasi Fentanyl Patch 12,5 µg/jam dan 25 µg/jam dengan Ketorolak 30 mg Intravena pada Pascabedah Ortopedi Ekstremitas Bawah Rini, Poppy Novita; Ihsan, Mhd.; Lubis, Asmin
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.849 KB)

Abstract

Pentanyl patch dapat digunakan untuk manajemen nyeri pascabedah. Tujuan penelitian ini membandingkan efektivitas kombinasi fentanyl patch 12,5 µg/jam dan 25 µg/jam dengan ketorolak 30 mg intravena pada pascabedah ortopedi ekstremitas bawah dengan anestesi spinal. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda pada 24 pasien dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I dan II, usia 18–50 tahun yang menjalani operasi ortopedi ekstremitas bawah di kamar operasi bedah sentral Rumah Sakit H. Adam Malik dan rumah sakit jejaring pada bulan Oktober–November 2015. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 12 orang menerima fentanyl patch 12,5 µg/jam (A) dan 12 orang menerima fentanyl patch 25 µg/jam (B) ditempelkan ±2 jam sebelum pembedahan dan dikombinasi dengan ketorolak 30 mg intravena yang diberikan saat dimulainya insisi. Penilaian skala nyeri dilakukan menggunakan nilai visual analog scale (VAS). Data hasil penelitian diuji dengan uji chi-square. Hasil perhitungan statistika didapatkan kombinasi kelompok fentanyl patch 25 µg/jam bermakna lebih efektif dibanding dengan kelompok fentanyl patch 12,5 µg/jam (p<0,05). Simpulan penelitian ini adalah secara klinis perbedaan nilai VAS kedua kelompok tidak berbeda.Kata Kunci: Efek samping, fentanyl patch, ketorolak, visual analog score (VAS)Comparison of Effectiveness between 12.5µg/hour and 25µg/hour Fentanyl Patch Combination with 30mg/IV Ketorolac after Lower Extremity Orthopedic SurgeryFentanyl patch is the first injection-free system for post surgery pain management that is a safe, easy to use, and comfortable modality for patient. The aim of this study was to differentiate the effectiveness and side effect of 12.5 µg/hour and 25 µg/hour fentanyl patch combinations with 30 mg intravenous ketorolac after orthopedic surgery of lower extremity under spinal anesthetic. This was a double random clinical trial for 24 patients with physical status American Society of Anesthesiologist (ASA) I and II, 18–50 years old of age, who underwent orthopedic extremity surgery in the operating theaters of H. Adam Malik Hospital and other hospitals in October–November 2015. Patients were divided into two groups, i.e. 12 patients received 12.5 µg/hour fentanyl patch (A) and 12 patients received 25 µg/hour fentanyl patch (B) for ±2 hours before surgery, combined with 30 mg intravenous ketorolac given at the start of incision. The pain was scored using a visual analog scale. Data were then statistically analyzed using chi-square test. The result of the study showed that the use of 25 µg/hour fentanyl patch was significantly more effective than the 12.5 µg/hour fentanyl patch (p<0.05). It is concluded that the clinical VAS scores for the two groups after orthopedic surgery of lower extremity are different.Key words: Fentanyl patch, ketorolac, side effect, visual analog score (VAS) DOI: 10.15851/jap.v4n2.823
Penurunan Kadar Laktat pada Pemberian Norepinefrin dengan Plasebo dan Norepinefrin dengan Adjuvan Vasopresin pada Pasien Syok Septik Savitri, Metty; Lubis, Asmin; Mursin, Chairul
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.016 KB) | DOI: 10.15851/jap.v6n1.1290

Abstract

Laktat merupakan faktor prognostik yang digunakan sebagai indikator beratnya keadaan syok septik dan mortalitas. Vasopresor merupakan obat yang dibutuhkan untuk menjaga tekanan perfusi pada hipotensi berat, untuk mencapai hemodinamik yang diinginkan seperti tekanan vena sentral, MAP, pengeluaran urin, dan oksigenasi. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan kadar laktat terhadap pemberian norepinefrin dan vasopresin. Penelitian ini menggunakan desain uji double blind, randomized controlled control trial yang dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai Februari 2017 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Empat puluh pasien syok septik yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi dibagi 2 kelompok,  yaitu kelompok yang mendapat norepinefrin dengan plasebo dan kelompok yang mendapat norepinefrin dengan vasopresin. Kadar laktat dinilai pada kedua kelompok pada waktu setelah pemberian 30 mL/kgBB, setelah MAP tercapai target 65 mmHg dengan pemberian norepinefrin, dan 6 jam setelah perlakuan dengan plasebo atau vasopresin. Hasil penelitian menunjukkan kadar laktat pada plasebo dan vasopresin setelah pemberian 30 mL/kgBB, setelah MAP tercapai target 65 mmHg dengan pemberian norepinefrin, dan 6 jam setelah perlakuan didapatkan penurunan kadar laktat yang bermakna (p<0,05). Uji beda penurunan kadar laktat antara plasebo dengan vasopresin didapatkan hasil yang tidak bermakna pada tiga kali pengukuran (p≥0,05).  Simpulan, tidak terdapat perbedaan antara plasebo dan vasopresin terhadap penurunan kadar laktat. Kata kunci: Kadar laktat, norepinefrin, syok septik, vasopresin