AbstractIn the city of Cirebon, there are cultural heritage sites that have their own unique characteristics at each location. The introduction of cultural heritage sites in Cirebon City can be done through multilingual approaches, such as using English as the medium for delivering information through visualization or literacy. The purpose of this research is to introduce cultural heritage buildings in the city of Cirebon through English storytelling. The research locations are Goa Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, and the BAT Building (British America Tobacco). This research uses a qualitative method with the distribution of questionnaires to 17 respondents who are students of the Diploma IV Convention and Event Management at Politeknik Pariwisata Prima Internasional. The sampling technique used is purposive sampling with predetermined samples. From the highest percentage result, 58.8% of respondents strongly agreed that using storytelling techniques can provide insights into the history of a cultural heritage site in the city of Cirebon. Additionally, by using storytelling, respondents can improve their skills in storytelling English and feel pleased with the storytelling technique, achieving percentage result of 47.1%. Thus, results of research using storytelling are expected to help introduce cultural heritage sites in the city of Cirebon.Keywords: Cultural Heritage; Tourism; English StorytellingAbstrakDi Kota Cirebon terdapat sejumlah cagar budaya yang memiliki keunikan masing-masing di setiap lokasinya. Pengenalan terhadap cagar budaya di Kota Cirebon dapat dilakukan melalui pendekatan lintas bahasa, salah satunya menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam penyampaian informasi, baik secara visual maupun literasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan bangunan cagar budaya di Kota Cirebon melalui metode English storytelling. Lokasi penelitian mencakup Goa Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dan Gedung BAT (British American Tobacco). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penyebaran kuesioner kepada 17 responden yang merupakan mahasiswa Program Diploma IV Pengelolaan Konvensi dan Acara Politeknik Pariwisata Prima Internasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 58,8% responden sangat setuju bahwa penggunaan teknik storytelling dapat memberikan wawasan mengenai sejarah cagar budaya di Kota Cirebon. Selain itu, 47,1% responden menyatakan bahwa storytelling dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam bercerita menggunakan Bahasa Inggris serta memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa teknik storytelling dalam Bahasa Inggris dapat menjadi upaya strategis dalam memperkenalkan cagar budaya di Kota Cirebon.Kata Kunci: Cagar Budaya; Pariwisata; English Storytelling