Sekolah Minggu merupakan bentuk pendidikan nonformal yang diselenggarakan di gereja, di mana peserta didik dari berbagai rentang usia terlibat dalam kegiatan belajar. Pada beberapa gereja, kelas sekolah minggu tidak dibagi berdasarkan usia karena peserta didik yang jumlahnya sedikit dan jumlah SDM pendidik yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan konflik di dalam kelas sekolah minggu, yaitu salah satunya disebabkan oleh perbedaan kemampuan kognitif pada para peserta didik yang beragam dari usia 0-15 tahun. Karena itu, untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan nyaman bagi para peserta didik dan pendidik, sangat dibutuhkan manajemen konflik sekolah minggu. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konsep manajemen konflik pada kelas sekolah minggu dengan peserta didik usia 0-15 tahun berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen konflik sekolah minggu pada usia 0-15 tahun dilakukan dengan perencanaan (pengenalan dan diagnosis), pengorganisasian (penentuan solusi), pelaksanaan dan evaluasi, dengan berakar pada prinsip pengenalan akan Tuhan, prinsip tidak menghakimi, pembelajaran berdiferensiasi, teknik komunikasi efektif, pelatihan, peningkatan keterlibatan orang tua, dan kolaborasi.