This Author published in this journals
All Journal Jurnal Ar-Risalah
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PERSPEKTIF AL-QUR’AN TENTANG NUSYŪZ, ILĀ’ DAN ẒIHĀR Mahfiani, Rifka
Jurnal Ar-Risalah Vol. 4 No. 1 (2024): Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30863/arrisalah.v4i1.5682

Abstract

ABSTRACTThis research discusses the Qur'anic perspective on nusyūz, ilā' and ẓihār. This study aims to find out the nature of nusyūz, ilā' and ẓihār in the Qur'an, the form of nusyūz, ilā' and ẓihār in the Qur'an, and their implications in the household. This research is a library research that is included in the qualitative descriptive type. The research data sources consist of primary data and secondary data analyzed through a thematic approach. The results show that etymologically, nusyūz comes from Arabic taken from the word nasyaza, yansyuzu, nusyuzan which means high or rising to the surface, while in terms it is defined as a husband or wife who leaves the obligations of husband and wife which brings estrangement between them in their status as husband and wife who are legal according to applicable law.  Nusyūz that occurs in the household will result in divorce. Ilā' comes from the Arabic word ālā - yuwāli - ilā' which means oath, while in terms it is defined as a husband's oath not to have sexual intercourse with his wife. In the Qur'an, the word ilā' is repeated 37 times in the Qur'an. If the husband still does not want to have intercourse with his wife without an excuse, the qadhi can again decide that his wife has been given a second divorce and the husband still has the right to reconcile. Furthermore, ẓihār according to Arabic comes from the word ظهار which means back. Whereas in terms is the speech of a mukallaf to his wife that she is the same as his mother. In the Qur'an, the word ẓihār is mentioned 57 times with various redactions, ẓihār will also result in husband and wife no longer being obliged to live together and create a basis for the division of joint property as if the marriage was dissolved. ABSTRAKPenelitian ini membahas mengenai perspektif al-Qur’an tentang nusyūz, ilā’ dan ẓihār. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hakikat nusyūz, ilā’ dan ẓihār dalam al-Qur’an, wujud nusyūz, ilā’ dan ẓihār dalam al-Qur’an, serta implikasinya dalam rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang termasuk dalam jenis deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder yang dianalisis melalui pendekatan tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Secara etimologis, nusyūz berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata nasyaza, yansyuzu, nusyuzan yang berarti tinggi atau timbul ke permukaan, sementara secara istilah diartikan sebagai suami atau istri yang meninggalkan kewajiban bersuami istri yang membawa kerenggangan hubungan di antara keduanya dalam status sebagai suami istri yang sah menurut hukum yang berlaku.  Dalam al-Qur’an,> nusyūz disebutkan sebanyak lima kali dalam al-Qur’an. Nusyūz yang terjadi dalam rumah tangga akan berakibat pada perceraian. Ilā’ berasal dari bahasa Arab yaitu ālā – yuwāli - ilā’ yang berarti sumpah, sedangkan secara istilah diartikan sebagai sumpah suami untuk tidak menggauli istrinya. Dalam al-Qur’an, kata ilā’ terulang sebanyak 37 kali dalam al-Qur’an, apabila suami tetap tidak mau mencampuri istrinya tanpa uzur, maka qadhi  dapat kembali memutuskan bahwa istrinya telah dijatuhi talak kedua dan suami masih berhak rujuk. Selanjutnya ẓihār menurut bahasa Arab berasal dari kata  ظهارyang bermakna punggung. Sedangkan secara istilah adalah ucapan seorang mukallaf kepada istrinya bahwa dia sama dengan ibunya. Dalam al-Qur’an, kata ẓihār disebutkan sebanyak 57 kali dengan redaksi yang beragam, ẓihār juga akan mengakibatkan suami istri tidak lagi diwajibkan tinggal bersama dan menimbulkan dasar untuk pembagian harta bersama seakan-akan perkawinan itu dibubarkan.