Rahman, Abd. Sukkur
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

MELACAK AKAR SEJARAH FUNDAMENTALISME ISLAM Rahman, Abd. Sukkur
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih jauh pemikiran dan gerakan kelompok fundamentalis yang selalu berambisi untuk memberlakukan syariat Islam. Lebih ironis lagi, besarnya ambisi tersebut membuat mereka tidak hanya memusuhi orang-orang nonmuslim, melainkan juga orang muslim yang tidak sepaham dengan mereka, karena kebenaran seolah-olah hanya ada pada mereka. Dengan penafsiran yang cenderung literlek, bagi mereka pemberlakukan syariat islam bagaikan obat antibiotic yang dapat menyembuhkan semua penyakit di setiap tempat dan waktu. Mereka berpandangan bahwa syariat Islam itu sempurna karena mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat dari mulai ibadah, muâmalah sampai sistem pemerintahan. Klaim kesempurnaan syariat Islam ini selalu diulang dalam berbagai kesempatan. Implikasinya adalah syariat Islam seakan-akan tidak membutuhkan teori atau ilmu non-syariah. Semua problematika ekonomi, politik, sosial, budaya, dan hukum bisa dipecahkan oleh syariat Islam yang telah diturunkan Allah lima belas abad yang lampau. Untuk menguatkan pemahamannya, tidak jarang mereka juga menggunakan ayat-ayat al-Qur’an. Landasan berpikir ideologis yang berdasar ayat al-Qur’an yang ditafsirkan berimplikasi epistemologis pada penegasian semua yang bukan Allah dan bukan dari Allah, serta berimbas pada pemberian label musyrik, kafir, fasik dan zalim bagi siapa saja yang tak menegasi selain Allah dan syariat-Nya. Hal ini terbukti pada perkataan muslim fundamentalis bahwa; siapapun yang enggan menegasikan sistem selain Allah, atau menolak dan memusuhi kedaulatan dan sistem Allah (Hakimiyyat Allâh dan syariat Allah) adalah musyrik jahiliyyah, karena mereka telah mensekutukan Tuhan dengan mengakui otoritas selain-Nya dan menggunakan sistem selain sistem-Nya
MISTIK ISLAM DALAM NASKAH LAYANG SUMEKAR. Rahman, Abd. Sukkur
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 1 No. 1 (2016): Januari
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paham keagamaan dan tradisi tasawuf yang berkembang di Madura, khususnya di Sumenep tampaknya punya kesamaan dengan yang dipraktekkan oleh wali songo di jawa. Salah satu kitab yang menjadi rujukan tentang mistik Islam (tasawuf) khususnya pada masyarakat lokal Sumenep adalah naskah karya R. Aryo Syamsul Imam Prawiradiningrat yaitu naskah Layang Sumekar, yang menjadi obyek kajian penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengusahakan terciptanya proses pengembangan ilmu keagamaan yang bisa disumbangkan bagi pembangunan negara dan bangsa, dan dapat diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan khazanah kerohanian Islam untuk kemudian dapat memunculkan etika religius yang termanifestasikan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Penelitian ini merupakan kajian historis faktual mengenai teks Kitab, yakni Layang Sumekar karya R.Aryo Syamsul Imam Prawiradiningrat dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi teknik deduktif-analitis dan teknik analisis isi (content analysis). Dalam hal ini, penulis memfokuskan penelitian ini pada kitab Layang Sumekar, sehingga kerja dan proses pengumpulan data bertumpu pada kitab tersebut, yang merupakan sumber primer. Akan tetapi, sebagai bahan penunjang digunakan pula sumber-sumber sekunder. Dilihat dari sudut pandang mistik, kitab Layang Sumekar ini mengandung ajaran bahwa tujuan mutlak bagi manusia untuk memperoleh kesempurnaan hidup yakni tercapainya kesatuan abadi dengan Tuhan (manunggal). Karena itu manusia harus menjauhkan diri dari prilaku yang tak terpuji, serta membuang segala nafsu yang mampu membawa pada kesesatan.
Hukuman Bagi Pezina dalam QS. An-nur Ayat 2 Menurut M. Quraish Shihab Rahman, Abd. Sukkur; Hendero, Mohammad Bambang
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 3 No. 1 (2018): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hukuman bagi pezina dalam Surah An-Nur Ayat 2 menurut M. Quraish Shihab adalah perintah Allah Swt untuk mendera pezina ghoiru muhson perempuan dan pezina laki-laki masing-masing seratus kali. Adapun hukuman bagi pezina muhson adalah dirajam. Sementara orang yang beriman dilarang berbelas kasihan kepada keduanya untuk melaksanakan hukum Allah Swt. Serta pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman dengan maksud agar tidak dicontoh oleh yang lain. Dampak dari hukuman bagi pezina dalam Surah An-Nur Ayat 2 menurut M. Quraish Shihab adalah dampak pada upaya menghidupkan ajaran agama, menyebarkannya, dan mengembalikannya kepada bentuk aslinya pada masa awal Islam, pemeliharaan teks-teks suci keagamaan yang benar dan otentik, metode yang benar dalam memahami teks-teks suci, dampak pada hukum Islam sebagai aturan bagi berbagai aspek kehidupan, terpenuhinya upaya ijtihad, sehingga hukum Islam dapat menjawab segala permasalahan yang muncul dalam masyarakat dan dampak pada membedakan hukum Islam yang sebenarnya dengan yang tidak, baik hal tersebut dari Islam sendiri maupun pengaruh dari luar.
Peran Perempuan dalam Dinamika Sosial Politik Menurut Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Al-Misbah Surah An-Naml Ayat 23-26) Rahman, Abd. Sukkur; Maulidy, Ach.
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 4 No. 1 (2019): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Para ulama kebanyakan mempunyai pendapat yang sama tentang bagaimana kiprah perempuan dalam sosial politik, perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam berkarir baik dipolitik maupun di pendidikan, dari itu para ulama’ menjelaskan bahwa kkesetaraan dalam berkarir sama namun yang berbeda adalah tingkat ketakwaan dan keimanan setiap umat, hali ini dibuktikan dalam Al-Qur’an surat An-Naml Ayat 23-26. Quraish Shihab sendiri sebagai mufassir kontemporer juga berpendapat tentang bolehnya perempuan dalam berpolitik, Quraish Shihab memberikan pendapatnya Pada ayat diatas M. Quraish Shihab mengatakan “ setelah menguraikan kehebatan kerajaan saba’ dari segi material tapi terdapat kelemahan dari negri saba’ yaitu dari segi spritual sesuai yang diuraikan oleh burung Hud-hud, burung itu berkata aku menemukannya, yakni aku menemukan sng ratu itu dan kaumnya, semua penduduk kerajaan saba’ menyembah matahari, yakni mempertuhankannya selain Allah yang maha Esa; dan setan telah memperindan untuk mereka perbuatan-perbuatan mereka, yakni penyembahan matahari dan bintang-bintang sehingga mereka menganggapnya baik dan benar lalu menghalangi mereka dari jalan Allah.
Makna Ukhuwah dalam Al-Qur’an Perspektif M.Quraish Shihab (Analisis Tafsir Tematik) Rahman, Abd. Sukkur; Sadewa, Mohammad Aristo
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 5 No. 1 (2020): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ukhuwah yang berasal dari kata ‘akh yang berarti persaudaraan dalam Al-Qur’an meliputi saudara kandung, ikatan saudara, saudara sebangsa waluapun tidak seagama, saudara kemasyarakatan walaupun sering terjadi selisih paham dan persaudaraan seagama. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an menjelaskan dalam hal persaudaraan hendaklah tidak saling mencela antar satu dan lainnya, karena hal tersebut akan memecah belah persaudaraan yang seharusnya dibangun dengan pondasi yang kokoh kemudian retak bahkan bermusuhan akibat permasalahan yang tidak dapat diatasi dengan pemikiran yang jernih. Menurut M.Quraish Shihab dalam tafsir tematiknya menyatakan bahwa ukhuwah bukan hanya saudara seibu, seayah ataupun seketurunan akan tetapi kesamaan unsur suku, bangsa Agama serta setanah air agar terciptanya ketentraman dan keharmonisan dalam hubungan manusia. Ukhuwah yang diajarkan oleh Islam yaitu saling menghargai, menghormati dan juga saling toleransi antar sesama Muslim dan sesama non Muslim. Agar orang-orang non Muslim tidak menganggap bahwa Islam adalah Agama yang kejam. Dengan demikian tetaplah menjaga hubungan persaudaraan dengan siapapun. Menurut beliau dalam ukhuwah terdapat empat macam yaitu ukhuwah ubudiyah, ukhuwah insaniyah atau basyariyah, ukhuwah wathaniyyah wa an-nasab, dan ukhuwah fi din al-Islam. Faktor lahirnya persaudaraan adalah persamaan, semakin banyak persamaan maka akan semakin kokoh pula persaudaraan sehingga melahirkan persaudaraan yang hakiki. Dalam mematapkan ukhuwah dalam Islam mengenalkan konsep khalifah agar dapat memelihara, mengarahkan dan membimbing sesuatu agar mencapai tujuan, Islam juga memperkenalkan ajaran bagi pemeluk agama, menghindari sikap yang dapat memperkeruh suasana antar sesama. Konsep dalam berukhuwah ada tiga yaitu tanawwu’al-‘ibadah, al-mukhti’u fi al-ijtihad lahu ajr, dan la hukma lillah qabla ijthad al-mujtahid. Dalam prakteknya ukhuwah sebenarnya dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 dapat dijadikan landasan karenanya harus ada ishlah (perbaikan hubungan).
Penguatan Moderasi Beragama Bagi Pemuda di Kepulauan Terluar Kabupaten Sumenep Rahman, Abd. Sukkur; Abdul Hadi
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 8 No. 2 (2023): Al-Qorni Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian dari program pemberdayaan/pendampingan masyarakat berbasis riset. Sasarannya adalah pemuda di kepulauan terluar kabupaten Sumenep Madura.Topik ini program ini diangkat dari dari banyaknya konflik dan kekerasan berlatar belakang agama yang selama ini banyak terjadi dan menjadi ancaman nyata terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, disebabkan adanya pemahaman yang sempit terhadap keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa.Penelitian tentang Penguatan moderasi beragama bagi pemuda di kepulauan terluar kabupaten Sumenep ini bertujuan untuk menjawab dan menyikapi persoalan-persoalan tersebut khususnya di kalangan pemuda.Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang dihasilkan dari program pendampingan/pemberdayaan masyarakat dengan model Partisipatory Action Researce (PAR).Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran dan menggugah semangat pemuda dalam meningkatkan nasionalisme sebagai bentuk cinta tanah air yang harus dilestarikan dan diperjuangkan bersama sebagai generasi bangsa.
POTRET STUDI ISLAM DALAM LINTASAN HISTORIS: Dari Masa Klasik, Pertengahan, hingga Modern Rahman, Abd. Sukkur; Ahmad Muwafiq
JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR NURUL ISLAM SUMENEP Vol. 9 No. 2 (2024): Al-Qorni Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : STQINIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discusses the development of Islamic studies in historical lists. In this case, the historicity of Islamic studies began during the time of the Prophet Muhammad, whose discussions were classified into three periods, namely from the classical period, the medieval period, to the modern period. The presentation of this article is prepared systematically from time to time using a historical approach. The method we use in this research is a qualitative method. In this case, the topic discussion is structured based on descriptive analysis to examine several data related to the research object. The results of this research show that the portrait of Islamic studies in historical history has experienced many developments over time. However, along with the course of history, the study of Islamic studies has also experienced ups and downs caused by several problems, both internal and external. Keywords: Historical Islamic Studies