Ancol Art Market is the largest and oldest art market in Jakarta. The existence of the Ancol Art Market used to be a gathering place for artists and art lovers. Initially, the Art Market was built semi-permanently and because at that time, people had a high interest in the Ancol Art Market, Taman Impian Jaya Ancol decided to make the Art Market a permanent tourist attraction in Ancol. However, with globalization and technological advances, the Ancol Art Market, which has not been able to keep up with these developments, has lost its identity and appeal. 2015 was the time when they started to lack a lot of buyers and visitors at the Ancol Art Market. Many artists and craftsmen only rely on customers for their income. Therefore, this project aims to restore the identity of the Ancol Art Market and make the Ancol Art Market a new forum for young artists as well as give a new face to the Ancol Art Market without losing the old image and character of this art market. The method used in this research is content analysis with a design method using the adaptive architecture concept. The application of this method is to accommodate changes in the function of the art market over time and as technology develops. Ancol Art Market is designed in such a way that it can easily be repurposed from a traditional art exhibition venue into a space for modern art events, such as digital exhibitions, interactive art installations, or multimedia performances. Keywords: Art; Innovation; Market; Modern; Technology Abstrak Pasar Seni Ancol merupakan pasar seni terbesar dan tertua di Jakarta. Keberadaan Pasar Seni Ancol dahulu adalah sebagai tempat berkumpulnya para seniman dan penikmat seni. Awal mulanya Pasar Seni ini dibangun semi permanen dan karena pada masa itu, masyarakat memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap Pasar Seni Ancol, maka pihak Taman Impian Jaya Ancol memutuskan untuk membuat Pasar Seni sebagai objek wisata permanen di Ancol. Namun, dengan adanya globalisasi dan kemajuan teknologi membuat Pasar Seni Ancol yang tidak bisa mengikuti perkembangan tersebut kehilangan identitas dan daya tariknya. Tahun 2015 adalah masa dimana mereka mulai kekurangan banyak pembeli dan juga pengunjung di Pasar Seni Ancol. Banyak dari para seniman dan perajin yang hanya mengandalkan pelanggan sebagai pendapatan mereka. Oleh karena itu, tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembalikan identitas Pasar Seni Ancol dan menjadikan Pasar Seni Ancol sebagai wadah baru bagi seniman muda serta memberikan wajah baru bagi Pasar Seni Ancol tanpa menghilangkan citra dan karakter lama dari pasar seni ini. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah content analysis dengan metode perancangan menggunakan konsep adaptive architecture. Penerapan metode ini adalah untuk mengakomodasi perubahan fungsi pasar seni seiring waktu dan teknologi yang berkembang. Pasar Seni Ancol dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diubah fungsinya dari tempat pameran seni tradisional menjadi ruang untuk acara seni modern, seperti pameran digital, instalasi seni interaktif, atau performa multimedia.