Abstract: In the city of Semarang, there are many therapy facilities for autistic individuals that are part of a central health facility such as a hospital or are located in a single building, but the author considers the infrastructure to be less than representative. Also with the characteristics of the rooms provided, which often causes clients to be less focused on the material and less relaxed. The aim of this research is to obtain a conclusion about how the influence of multisensory architecture-based design is able to optimize therapy activities and development of autistic individuals. The theoretical basis used is multisensory architectural design and other aspects related to this. The research method used is through data collection in the form of literature studies through previous sources and precedent studies, design approaches, data analysis, then the entire method is formulated into a design synthesis which will become the design concept. The design concept consists of three parts, namely, land design concept, architectural design and landscape design. The principle of multisensory architectural design which is realized in an environment/built area in one location, which is supported by aspects of inclusivity, is the basic basis for building design which accommodates various kinds of activities for autistic individuals.Keyword : Autism, Multisensory Architecture, TherapyAbstrak: Di Kota Semarang, banyak dijumpai fasilitas terapi individu autis yang menjadi satu bagian dengan pusat fasilitas kesehatan seperti rumah sakit maupun berada pada bangunan tunggal, namun secara prasarana penulis anggap kurang representatif. Juga dengan karakteristik ruangan-ruangan yang disediakan, yang tidak jarang menyebabkan klien kurang fokus terhadap materi dan kurang rileks. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan suatu kesimpulan bagaimana pengaruh perancangan berbasis arsitektur multisensori, mampu mengoptimalkan kegiatan terapi dan pengembangan individu autis. Landasan teori yang digunakan adalah perancangan arsitektur multisensori dan aspek lainnya yang berkaitan dengan hal tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu melalui pengumpulan data berupa kajian literatur melalui sumber – sumber terdahulu maupun studi preseden , pendekatan desain, analisa data, yang kemudian keseluruhan metode tersebut dirumuskan menjadi suatu sintesa desain yang akan menjadi konsep perancangan. Konsep desain terdiri dari tiga bagian yaitu, konsep perancangan lahan, perancangan arsitektur dan perancangan lansekap. Prinsip perancangan arsitektur multisensori yang diwujudkan dalam suatu lingkungan / Kawasan binaan dalam satu lokasi, yang ditunjang dengan aspek inklusivitas menjadi landasan dasar desain bangunan yang didalamnya mengakomodir berbagai macam kegiatan bagi individu autis.Kata Kunci : Autisme, Arsitektur Multisensori, Terapi