Arman
Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo Kendari

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PERILAKU TUTUR PADA KATA SAPAAN DALAM MASYARAKAT MUNA Sahur Saerudin; Nurjannah; Arman
Cakrawala Listra: Jurnal Kajian Sastra, Bahasa, dan Budaya Indonesia Vol 7 No 2 (2024): Volume 7, Nomor 2, Desember 2024
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/ysjjy242

Abstract

Penelitian ini membahas tentang nilai sosial dan perilaku tutur pada kata sapaan dalam Masyarakat Muna di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam masyarakat Muna pemakaian bahasa sangat mempengaruhi perilaku sosial masyarakatnya. Pilihan kata dan kalimat yang digunakan bergantung pada lingkungan sosial, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial dan usia peserta tutur. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi dan kuisioner/angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Penggunaan metode pada dalam penelitian ini mencakup metode padan translasional dan metode pada pragmatis. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan variasi bentuk sapaan dalam Masyarakat Muna berdasarkan hubungan kekerabatan dan sapaan berdasarkan status sosial. Bentuk-bentuk sapaan tersebut dikategorikan sapaan kepada orang tua laki-laki dan perempuan, sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, sapaan kepada kakak laki-laki dan perempuan, sapaan kepada adik laki-laki dan Perempuan, sapaan kepada kakek dan nenek, sapaan kepada saudara lai-laki ayah dan ibu. Bentuk sapaan dalam bahasa Muna berdasarkan hubungan kekerabatan meliputi, ama ‘ayah’, ina ‘ibu’, isa ‘kakak’, awa ‘kakek/nenek’, fokoamau ‘paman’, dan fokoinau ‘bibi’. Sapaan ama dan ina selain digunakan sebagai dapaan hubungan kekerabatan, sapaan ini juga digunakan sebagai bentuk sapaan keakraban yang berlaku pada orang tua lanjut usia dan sapaan kepada orang tua kandung dengan status sosial peserta tutur berasal dari golongan bangsawan, misalnya sapaan idha ‘ayah’ dan iya ‘ibu’.