Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi model pendidikan inklusif dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa di SMAN 1 Sambungmacan, Kabupaten Sragen. Penelitian ini difokuskan pada enam siswa berkebutuhan khusus (ABK), yang terdiri dari tiga siswa perempuan dan tiga siswa laki-laki dengan tantangan yang beragam, meliputi disabilitas fisik, kesulitan konsentrasi belajar, dan disleksia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, di mana data dikumpulkan melalui wawancara dengan guru, ABK, orangtua ABK, observasi terhadap proses pembelajaran, serta dokumentasi terkait kegiatan dan kebijakan sekolah. Data yang terkumpul dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi pola-pola yang muncul terkait dengan pengembangan jiwa kewirausahaan pada siswa ABK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi pelatihan kewirausahaan berbasis keterampilan praktis, seperti pembuatan kerajinan tangan bernilai jual, berhasil meningkatkan kemampuan kewirausahaan siswa. Selain keterampilan teknis, program ini juga berkontribusi pada pengembangan rasa percaya diri dan kemandirian siswa ABK, yang dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam mempromosikan dan menjual produk. Meskipun menghadapi tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan kebutuhan untuk pelatihan lebih lanjut bagi guru, model pendidikan inklusif ini terbukti efektif dalam memberikan kesempatan yang setara bagi siswa ABK untuk mengembangkan potensi mereka dalam bidang kewirausahaan. Penelitian ini menyarankan bahwa model ini dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lain untuk mendukung pengembangan jiwa kewirausahaan pada siswa berkebutuhan khusus, dengan memperhatikan kebutuhan spesifik mereka serta memperkuat kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.