Khalimi Romansyah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Strategi Membaca Pemahaman yang Efektif dan Efisien Khalimi Romansyah
Deiksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 4 No 1 (2017): Deiksis Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/deiksis.v4i1.407

Abstract

Membaca pemahaman merupakan sarana atau media yang sangat penting dalam rangka memperoleh informasi atau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu kegiatan membaca pemahaman perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar informasi atau ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan cepat dan akurat. Hal ini tentu saja memerlukan strategi tertentu yang harus dikuasai dan diterapkan oleh pembaca. Strategi yang harus dikuasai oleh pembaca agar kegiatan membaca pemahamannya berjalan dengan efektif dan efisien, yaitu : 1) Pembaca harus memiliki kecepatan membaca yang proposional ( memadai ), artinya kecepatan membaca yang dimiliki pembaca harus sesuai dengan tingkat kematangan intelektualnya. Dan 2) Pembaca harus memiliki keterampilan menemukan informasi fokus, artinya pembaca mampu menemukan informasi fokus bacaan atau informasi yang diperlukannya dengan cepat dan akurat. Keterampilan menemukan informasi fokus  meliputi : 1) Kemampuan pembaca dalam mengidentifikasi atau menentukan informasi fokus bacaan, baik informasi fokus kallimat, informasi fokus paragraf, maupun informasi fokus wacana. Serta 2) Kemampuan pembaca dalam menerapkan teknik-teknik membaca yang tepat  atau sesuai dengan tujuannya. Teknik-teknik membaca tersebut adalah teknik baca-pilih, teknik baca-lompat, teknik baca-layap, dan teknik baca-tatap.Kata Kunci: Srategi, membaca pemahaman, efektif dan efisien, informasi fokus,   kecepatan membaca, teknik-teknik membaca.
Bentuk dan Motif ( Makna ) Alih Kode Bahasa Masyarakat Desa Cisaat Kabupaten Cirebon Khalimi Romansyah
Deiksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5 No 1 (2018): DEIKSIS JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/deiksis.v5i1.833

Abstract

Desa Cisaat yaitu salah satu desa di Wilayah Kabupaten Cirebon. Desa Cisaat terletak di daerah perbatasan antara dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Mayoritas atau sebagian besar penduduk Kabupaten Cirebon memiliki bahasa ibu, yaitu Bahasa  Jawa, sedangkan mayoritas atau sebagian besar penduduk Kabupaten Kuningan memiliki bahasa ibu, yaitu Bahasa Sunda. Hal ini tentu saja sangat menarik untuk dijadikan obyek penelitian yang berhubungan dengan kegiatan studi Sosiolinguistik, yaitu masalah alih kode dan campur kode. Penelitian ini mengupas tentang masalah bentuk dan motif (makna) alih kode bahasa masyarakat Desa Cisaat  Kabupaten  Cirebon.Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, masyarakat Desa Cisaat sering melakukan alih kode (alih bahasa) baik  dari Bahasa Indonesia beralih ke Bahasa Sunda ataupun sebaliknya dari Bahasa Sunda beralih ke Bahasa Indonesia, baik berupa alih kode (alih bahasa) sementara maupun alih kode (alih bahasa) permanen. Hal ini dimungkinkan karena situasi kedwibahasaan pada masyarakat desa tersebut.Motif atau makna alih kode ( alih bahasa ) masyarakat Desa Cisaat beraneka ragam. Namun semuanya masih dalam batas norma atau tatanan etika berbahasa. Motif atau makna  alih kode ( alih bahasa ) dari Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia masyarakat Desa Cisaat, meliputi: 1) Terpengaruh atau mengikuti lawan bicara yang beralih ke Bahasa Indonesia; 2) Ingin dianggap berpendidikan (terpelajar); 3) Ingin memperlebar atau menjauhkan jarak; 4) Menghindari pemakaian bentuk kasar dan bentuk halus dalam Bahasa Sunda; 5) Lawan bicara (mitra bicara ) lebih muda. Sementara itu motif atau makna alih kode ( alih bahasa ) dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda, meliputi: 1) Merasa janggal ( ganjil ) tidak berbahasa Sunda dengan orang sekampung; 2) Ingin merapatkan atau mendekatkan jarak; 3) Ingin bersopan santun ( beradab-adab ) memakai Bahasa Sunda halus, atau berakrab-akrab memakai Bahasa Sunda kasar; 4) Terbawa pengaruh lawan bicara yang berbahasa Sunda; 5) Ingin menunjukkan bahwa bahasa ibunya ialah Bahasa Sunda.Kata Kunci: Desa Cisaat, alih kode, kedwibahasaan, peristiwa tutur, bentuk dan motif ( makna ) alih kode.
Bentuk dan Makna Alih Kode Bahasa Masyarakat Desa Cimara Kabupaten Kuningan Khalimi Romansyah
Deiksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5 No 2 (2018): JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/deiksis.v5i2.1200

Abstract

 Desa Cimara adalah salah satu desa di Kabupaten Kuningan. Desa Cimara merupakan desa yang terletak di daerah perbatasan antara Kabupaten Cirebon dengan Kabupaten Kuningan. Mayoritas penduduk Kabupaten Cirebon menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu, sedangkan mayoritas penduduk atau masyarakat Kabupaten Kuningan menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu mereka. Hal ini tentu saja amat menarik dijadikan suatu obyek penelitian yang berkaitan dengan studi sosiolinguistik, yaitu gejala alih kode dan gejala campur kode. Penelitian ini mengupas masalah bentuk dan makna alih kode bahasa masyarakat tutur Desa Cimara  Kabupaten  Kuningan.Dalam komunikasi sehari-hari, masyarakat tutur Desa Cimara sering melakukan alih kode, baik  dari Bahasa Sunda beralih ke Bahasa Indonesia ataupun sebaliknya dari Bahasa Indonesia beralih ke Bahasa Sunda, baik berupa alih kode sementara maupun alih kode permanen. Hal ini disebabkan situasi kedwibahasaan pada masyarakat Desa Cimara.Makna ( motif ) dari alih kode bahasa masyarakat tutur Desa Cimara beraneka ragam. Namun semuanya masih dalam tatanan atau norma etika berbahasa. Makna ( motif ) alih kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia dari masyarakat Desa Cimara, meliputi: Perubahan situasi atau suasana pembicaraan, mitra bicara (lawan bicara ) lebih muda, ingin dianggap terpelajar ( berpendidikan ), ingin memperlebar atau menjauhkan jarak, terpengaruh atau mengikuti lawan bicara yang beralih ke Bahasa Indonesia, menghindari penggunaan atau pemakaian bentuk halus atau bentuk kasar pada Bahasa Sunda.  Adapun makna ( motif ) alih kode dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda, meliputi: ingin mendekatkan (merapatkan ) jarak, ingin beradab-adab berbahasa Sunda halus, ataupun berakrab-akrab berbahasa Sunda kasar, ingin menunjukkan bahwa Bahasa Sunda adalah bahasa ibunya, terbawa pengaruh lawan bicara ( mitra bicara ) yang berbahasa Sunda, merasa janggal tidak memakai bahasa Sunda dengan orang sekampung. Kata Kunci: Desa Cimara, alih kode,kedwibahasaan, peristiwa tutur, bentuk dan  makna ( motif ) alih kode.
Analisis Unsur Inferensi Terhadap Tuturan Masyarakat Desa Megu Cilik Kabupaten Cirebon Khalimi Romansyah
Deiksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6 No 2 (2019): DEIKSIS: JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/dj.v6i2.2177

Abstract

Abstrak. Tujuan penelitian ini menjelaskan tentang bentuk dan makna inferensi yang terdapat dalam tuturan masyarakat Desa Megu Cilik Kabupaten Cirebon. Obyek penelitian ini terbatas hanya pada tuturan bahasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif dengan pemerolehan data dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Adapun sampelnya terdiri atas sepuluh peristiwa tutur masyarakat Desa Megu Cilik Kabupaten Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan bahasa Indonesia masyarakat Desa Megu Cilik banyak mengandung unsur inferensi. Hal ini terbukti dari sepuluh  peristiwa tutur bahasa Indonesia yang diamati, semuanya mengandung unsur inferensi. Adapun bentuk dan maknanya cukup beragam. Kata kunci: desa Megu Cilik, unsur inferensi, tuturan, masyarakat tutur