Hutan Mangrove merupakan salah satu area vital, sumber paru-paru dunia jika berada dalam kondisi sehat. Kerusakan pada hutan mangrove memberi dampak besar bagi ekosistem yang ada padanya. Penyebab kerusakan hutan magrove beragam. Pada wilayah Kabupaten Bangka, perubahan stuktur hara dan sedimentasi akibat penambangan di laut memberi dampak rusaknya hutan mangrove di sana. Kerusakan yang membawa dampak perubahan ekosistem salah satunya adalah menurunnya populasi kepiting laut yang habitasi alaminya mulai dari area hutan mangrove sampai dengan kedalaman 40 meter dibawah permukaan air laut. Kondisi ini menyebabkan terjadinya migrasi sebagian nelayan yang perikehidupannya sangat tergantung pada keberadaan kepiting laut sebagai target utama melaut. Tim Peneliti LP2M Seskoal melakukan analisis atas fenomena kesenjangan ini sebagai upaya mengatasi permasalahan rusaknya hutan mangrove akibat proses penambangan di laut yang tidak memperkatikan aspek kesehatan lingkungan. Menggunakan metode penelitian kualitatif, Tim Peneliti LP2M Sekoal menemukan beberapa hal yang dapat menjadi solusi atas permasalahan yang sebelumnya ditemui. Dalam rangka meningkatkan populasi kepting laut di perairan sekitar Kab. Bangka, upaya yang paling penting mendasar dilakukan adalah melakukan rehabilitasi hutan mangrove. Upaya ini membutuhkan waktu yang tidak singkat, namun akan menjadi investasi penting bagi masa depan generasi penerus. Pada saatnya, nelayan yang sebelumnya bermigrasi, memiliki potensi besar untuk kembali ke Kab. Bangka karena disanalah asal usul kehidupan mereka bermula.