Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pemakaian sepatu hak tinggi berhubungan dengan nyeri otot betis pada pramuniaga Yosep Septian; Lie Tanu Merijanti
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 1 No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2018.v1.158-163

Abstract

LATAR BELAKANGPada tahun 2014, American Pediatric Medical Association (APMA) mencatat sebanyak 49% wanita menggunakan sepatu hak tinggi dengan 77% mengalami masalah pada kaki. Selain itu Badan survei di Amerika Serikat juga mencatat 59% wanita menggunakan sepatu hak tinggi kurang lebih satu sampai delapan jam perharinya. Bahkan ada yang memakai lebih dari sepuluh jam secara terus-menerus setiap hari. Dalam hal ini, pramuniaga merupakan salah satu pekerjaan yang menggunakan sepatu hak tinggi dalam pekerjaan sehari-hari. METODEPenelitian menggunakan studi pendekatan observasional dan metode potong silang (Cross-sectional) yang dilakukan pada 84 subjek di Departement Store X di Bogor. Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner karakteristik responden, dan mengukur derajat nyeri otot menggunakan metode Visual Analog Scale (VAS). Variabel yang diteliti adalah posisi saat bekerja, masa kerja, tinggi dan jenis hak sepatu, serta nyeri otot betis. Analisis data menggunakan Uji Chi-square yang diolah dengan program SPSS V.21 dengan tingkat kemaknaan adalah nilai p<0.005. HASILHasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara tinggi hak sepatu (p=0.004) dan masa kerja (p=0.042) dengan nyeri otot betis pada pramuniaga, sedangkan hasil analisis antara posisi saat bekerja, dan jenis hak sepatu tinggi dengan nyeri otot betis tidak didapatkan hubungan yang bermakna (p=0.169; 0.082). KESIMPULANPenelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dan tinggi hak sepatu dengan nyeri otot betis pada pramuniaga perempuan.
Hubungan antara intensitas kebisingan dan tekanan darah pada PT. X Christopher Adhisasmita Yandoyo; Lie Tanu Merijanti
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2019.v2.10-14

Abstract

LATAR BELAKANGTekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu kondisi yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang namun menjadi faktor resiko independen untuk penyakit jantung, ginjal, pembuluh darah, mata, otak dan lain-lain. Akibat dari tekanan darah tinggi, aliran darah menjadi abnormal sehingga dapat merusak struktur organ-organ tersebut. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah dapat dipengaruhi oleh pajanan dari perubahan fisika dan kimia lingkungan hidup. Salah satu pajanan pada lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah kebisingan. Untuk lebih memahami apakah terdapat pengaruh perubahan fisika dan kimia terhadap tekanan darah, maka perlu dilakukan penelitian tentang intensitas kebisingan sebagai parameter perubahan fisika tersebut pada pajanan bising kronis konstan di sebuah perusahaan. METODEPenelitian menggunakan studi observasional dengan desain potong lintang yang mengikutsertakan 62 tenaga kerja bagian produksi PT. X. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang meliputi usia, jenis kelamin, lama bekerja, Body Mass Index (BMI)Asia Pasifik, konsumsi rokok, konsumsi kafein, riwayat hipertensi keluarga, riwayat hipertensi diri, riwayat pengobatan hipertensi. Pengukuran intensitas bising menggunakan noise level meter dan pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer air raksa. Analisis data menggunakan uji Fisher Exact dengan tingkat kemaknaan (p) 0.05. HASILAnalisis hubungan antar variabel menunjukkan adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah (p=0.002). KESIMPULANPenelitian menunjukkan adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah.
Hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia Chairina Azkya Noor; Lie Tanu Merijanti
Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.8-14

Abstract

LATAR BELAKANGSeiring dengan meningkatnya jumlah lansia khususnya di Indonesia, semakin meningkat pula permasalahan penyakit akibat proses degeneratif. Tiga puluh dua koma empat persen lansia di Indonesia mengalami gangguan pada fungsi kognitifnya. Fungsi kognitif merupakan salah satu bagian terbesar yang diatur oleh otak. Penuaan menyebabkan terjadinya banyak perubahan pada otak yang dapat mengarah pada kemunduran fungsi neurokognitif. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif, salah satunya adalah aktivitas fisik. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia. METODEJenis penelitian ini merupakan observational analitic dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan November 2015. Sampel diambil secara simple random sampling pada 60 lansia di Posyandu Lansia X, Jakarta. Seluruh lansia yang memenuhi kriteria inklusi dinilai aktivitas fisiknya dari pengisian kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity (RAPA), sedangkan nilai fungsi kognitif diperoleh dengan wawancara berdasarkan Mini Mental State Examination (MMSE). Analisis data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia digunakan uji Chi-square. HASILTerdapat hubungan bermakna secara statistik antara aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia (p=0.000). KESIMPULANAktivitas fisik dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia. Lansia dengan aktivitas fisik golongan regular sampai dengan active memiliki nilai fungsi kognitif yang normal dibandingkan lansia tanpa aktivitas fisik atau termasuk ke dalam golongan under-active.